“Lupakanlah saja diriku, bila itu bisa membuatmu kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala,” – Sheila On 7, Dan
PinterPolitik.com
Wacana soal posisi MPR di Indonesia sepertinya terus-menerus bergulir secara liar. Opini terhadap lembaga ini pun beragam, mulai dari yang ingin menaikkan derajat mereka hingga yang ingin tidak dilakukan perubahan sama sekali atas posisi mereka.
Terkait dengan hal itu, MPR tampaknya sedang rajin bertemu berbagai elemen masyarakat untuk menjaring banyak opini. Beberapa waktu lalu misalnya, lembaga yang berkantor di Senayan ini bertemu dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Dari pertemuan tersebut, terungkap kalau pengurus salah satu ormas Islam terbesar Indonesia itu punya aspirasi tersendiri untuk urusan posisi MPR. Kalau kata Ketua MPR Bambang Soesatyo, PBNU ini menghendaki kalau MPR itu kembali jadi lembaga tertinggi negara. Selain itu, PBNU juga menginginkan agar pemilihan presiden kembali dilakukan oleh MPR.
PBNU sendiri sepertinya memang mengamini pernyataan tersebut. Kalau kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, ide untuk mengembalikan Pilpres ke MPR ini berasal dari para kiai senior NU ketika mengadakan Munas Alim Ulama di tahun 2012. Pertimbangan soal keadaan sosial yang mendidih jadi alasan sang kiai untuk melontarkan wacana Pilpres kembali oleh MPR.
Wah, kok PBNU menyetujui usulan itu? Apakah ormas Islam tersebut gak khawatir dengan kritik yang akan muncul dari kelompok-kelompok pro-demokrasi?
Secara spesifik, pernyataan PBNU soal MPR ini juga sebenarnya membingungkan kalau melihat kiprah kader tersohor mereka. Kita ambil contoh misalnya presiden keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang dulu sempat jadi Ketua Umum PBNU.
Nah, Gus Dur ini kan sosok yang begitu mendorong reformasi di tahun 1998. Pengembalian posisi MPR apalagi sampai Pilpres ke MPR ini apakah tidak bertentangan dengan reformasi yang didorong oleh Gus Dur?
Selain itu, riwayat Gus Dur dengan MPR juga memang tergolong kurang mengenakkan. Kala itu, Gus Dur terpaksa mundur dari jabatannya sebagai presiden setelah didorong oleh MPR yang kala itu memang masih menjadi lembaga tertinggi di negeri ini.
Merujuk pada hal tersebut, apakah para petinggi PBNU sekarang ini sudah lupa dengan Gus Dur? Kan kasihan sama pengurus-pengurus yang suka mengutip kata-kata Gus Dur atau mengaku mengidolakannya. Eh, tapi ini nanya doang loh, gak bilang lupa beneran.
Oh iya, ini mungkin perkataan dari petinggi-petinggi aja ya, bukan aspirasi dari seluruh golongan nahdliyin. Jadi, pertanyaan ini juga ditujukan buat pengurus aja ya, gak bertanya apalagi menuduh ke seluruh kaum nahdliyin.
Ngomong-ngomong soal lupa, mau nanya lagi nih, apakah petinggi PBNU sekarang juga lupa kalau Ma’ruf Amin sekarang itu hasil dari Pilpres secara langsung, bukan melalui MPR? Sekali lagi, ini Cuma nanya loh ya.
Masih banyak sih yakin dan masih berharap PBNU jadi motor demokrasi seperti di era Gus Dur dulu. Kita tunggu aja nih keyakinan itu akan terbukti seperti apa. (H33)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.