“Kuda telah dihormati di semua budaya selama berabad-abad karena kekuatannya. Secara historis, mereka telah dilihat sebagai sahabat yang mantap dan terpercaya yang memungkinkan manusia berhasil, baik dalam pertanian maupun pertempuran,” – Sienty Ayu Monica, Penulis
Demonstrasi dari berbagai elemen masyarakat terus bergulir sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Diawali dari ojek online (ojol), lalu mahasiswa dan terakhir dari massa buruh pun tidak luput turun ke jalan. Mereka semua mempunyai satu seruan, yaitu menolak kenaikan harga BBM di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jakarta.
Menariknya, massa aksi kerap menjadikan patung kuda sebagai titik kumpul. Muncul pertanyaan centil, apakah ada makna simbolik di balik titik kumpul aksi di patung kuda ini?
Monumen yang berada di tengah bundaran itu kita kenal dengan nama Patung Kuda. Kereta kuda yang ditarik delapan ekor kuda ini membelah Jalan MH Thamrin dan juga Jalan Medan Merdeka.
Sedikit menggambarkan konteks sejarahnya, patung ini digagas oleh Presiden Soeharto usai lawatannya ke Turki pada 1987. Ia menginginkan ada monumen yang dapat menjadi simbol cerita bangsa di tengah kota.
Dari situ ide Patung Arjuna Wijaya atau Arjuna Wiwaha mulai dibangun. Sedangkan perancang dari patung ini bernama I Nyoman Nuarta, seorang maestro pematung Indonesia asal Tabanan, Bali.
Anyway, selain patung kuda, warga sekitar juga sering menyebutnya dengan istilah Patung Indosat karena letaknya yang berdekatan dengan Gedung Indosat.
Dalam konteks filosofi dan seni, seringkali para seniman memaknai patung ini sebagai lambang Asta Brata yang merupakan delapan falsafah hidup dalam ajaran Hindu.
Terdiri dari Kisma (bumi), Surya (matahari), Agni (api), Kartika (bintang), Baruna (samudera), Samirana (angin), Tirta (hujan/air), dan Candra (bulan).
Artinya, kehidupan manusia harus selalu meniru kekuatan alam raya ini. Sebagai contoh, bumi yang menjadi simbol kekokohan, matahari pemberi kekuatan, api menghanguskan rasa bersalah, dan bintang simbol keadilan.
Selain itu, ada samudera yang bermakna wawasan dalam hidup, angin yang menjadi kesegaran untuk masyarakat, hujan membawa kesejukan, dan terakhir bulan sebagai pembawa cahaya penerang.
Pemilihan adegan di patung kuda itu juga bukan tanpa alasan. Sikap Arjuna yang harus melawan saudaranya, Karna, adalah makna di balik pemilihan wujud monumen tersebut.
Filosofinya kurang lebih ingin menggambarkan bahwa hukum wajib ditegakkan tanpa pandang bulu. Arjuna tetap harus berperang meskipun yang dihadapi adalah saudaranya sendiri.
Semua pemaknaan filosofi ini seolah-olah ingin mengatakan bahwa patung kuda merupakan simbol perjuangan menegakkan kebaikan. Melalui patung inilah pesan simbolis dari para pengunjuk rasa ingin diperlihatkan.
Karena pada dasarnya manusia juga berkomunikasi dengan menggunakan tanda dan symbol, seperti dalam patung, lukisan, tarian, musik dan sebagainya.
Budiono Herusatoto dalam bukunya Simbolisme dalam Budaya Jawa, memaknai manusia sebagai makhluk budaya, dan budaya manusia penuh dengan simbol-simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia penuh diwarnai dengan simbolisme.
Hmm, jadi bisa dikatakan bahwa penolakan kenaikan BBM merupakan perjuangan yang tidak hanya secara fisik turun ke jalan, melainkan juga perjuangan yang penuh dengan pesan simbolis.
Btw, Pak Jokowi kan juga orang Jawa yang masih memegang erat tradisi Jawa. Pastilah Pak Jokowi paham dengan pesan-pesan simbolis ini. Jika benar demikian, menjadi menarik untuk menunggu pesan simbolis dari Presiden setelah melihat protes demonstran ini. Hehehe. (I76)