Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo menolak ajakan Din Syamsuddin untuk bergabung dalam Partai Pelita. Mungkinkah yang diinginkan Gatot adalah partai besar?
Kalau membahas eks Panglima TNI, nama Gatot Nurmantyo tentu tidak boleh dilupakan. Apalagi, kalau dilihat-lihat, Pak Gatot sepertinya merupakan eks Panglima TNI yang berbeda dari yang lainnya. Loh kok gitu?
Soalnya nih, kalau membandingkan dengan rekan-rekannya sesama petinggi militer, jika mereka memilih aktif di politik setelah pensiun, umumnya dengan bergabung ke dalam pemerintahan. Contohnya tentu saja Pak Moeldoko.
Nah, Pak Gatot ini berbeda guys. Pak Gatot justru berada di kubu seberang alias oposisi. Saat ini Pak Gatot aktif di Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Di sana Pak Gatot bersama oposisi-oposisi keras seperti Said Didu dan Rocky Gerung.
Keunikan Pak Gatot ini juga menjadi perhatian akademisi politik lho. Dalam tulisannya Military Ambitions Shake Indonesia’s Politics, John McBeth menyebut Pak Gatot sebagai satu-satunya Panglima TNI setelah Reformasi yang secara terang-terangan menunjukkan ambisi politiknya saat masih menjabat. Wuih.
Kita semua melihat dong, pada Pilpres 2019 kemarin, Pak Gatot kan ingin maju juga. Saat itu Pak Gatot santer diberitakan mendekati Partai Demokrat untuk mendapatkan dukungan. Pak Gatot sampai menyebut Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sudah seperti ayahnya sendiri lho.
Namun, nasib berkata lain, perjuangan Pak Gatot kandas. Lagi-lagi, Pilpres 2019 hanya diisi oleh dua petarung, yakni Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Kalau dari awal Pak Gatot mencari dukungan partai ceritanya mungkin akan berbeda ya?
Nah, ngomong-ngomong soal partai, Pak Gatot baru saja mendapatkan tawaran bergabung ke partai politik lho. Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin mengajak Pak Gatot untuk bergabung ke partainya, yakni Partai Pelita.
Namun sayang guys, Pak Gatot justru menolak ajakan Pak Din. “Pak Din mengajak saya, tetapi biar Pak Din berjuang di partai saya tidak di partai, sama-sama aja tujuannya,” ungkap Pak Gatot pada 16 Mei.
Kabarnya, Pak Gatot ingin fokus di KAMI aja guys. Mungkin Pak Gatot lebih nyaman dengan perjuangan di luar jalur partai politik ya? Kalau begitu, alasannya sama dong dengan Tsamara Amany yang akhirnya memilih keluar dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Tapi nih, kalau baca respons warganet, misalnya dalam unggahan infografis di Instagram PinterPolitik, banyak yang menduga kalau yang mengajak adalah partai besar, kemungkinan Pak Gatot akan mau bergabung. Hmmm.
Tapi kalau dipikir-pikir, mungkin ada benarnya. Soalnya, kalau yang disebut John McBeth benar, Pak Gatot tentu punya kalkulasi politik agar langkah politiknya tepat sasaran.
Mungkin nih, mungkin loh ya, Pak Gatot mempertimbangkan peluangnya akan lebih baik jika berada di partai besar, minimal di partai yang lolos Senayan. Soalnya kan kemarin sempat deketin Partai Demokrat. Hehe.
Tapi, apa pun dugaan kita, yang benar-benar mengetahui situasi adalah Pak Gatot sendiri. Apa pun keputusan Pak Gatot, itu adalah pilihan politiknya yang harus kita hargai guys. Bukankah begitu? (R53)