Site icon PinterPolitik.com

Partai Gelora “Fotokopi” PSI?

Partai Gelora “Fotokopi” PSI

Chusnul Mariyah berbicara secara virtual dalam forum yang diadakan Partai Gelora. (Foto: Istimewa)

Partai itu tidak perlu banyak anggota, sedikit saja jumlahnya, asal paham, militan, menguasai keadaan, serta memahami teori-teori perjuangan” – Sutan Syahrir, Perdana Menteri Indonesia (1945-1947)


PinterPolitik.com

Partai Gelora akhir-akhir ini lagi dapat lirikan publik nihcuy. Selain karena dua pentolannya, yakni Anis Matta dan Fahri Hamzah merupakan pemain lama, juga gagasan-gagasan yang dibangun partai ini populer di tengah konstelasi politik yang serba semrawut ini.

Mudahnya, praktik politik yang dianggap minus atau semrawut oleh publik, diangkat ke permukaan kemudian ditambahi retorika yang aduhai sekali. Yeah‘sounds good’ deh pokoknya, apalagi kalau ditambah kelakar perumpamaan yang menarik sekali.

Terbaru nih, salah satu politisinya yang dulunya pernah ada di Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Chusnul Mariyah, membuat perumpamaan betapa selama ini kebanyakan para politisi mainnya pakai cara-cara ala kantong ajaib Doraemon. Padahal, urusan politik ini lebih kompleks, cuy.

Menurut Chusnul Mariyah seperti ini, cuy, “Seorang aktivis partai yang dibaca jangan Doraemon. Kalau anda tidak bisa membaca anda bukan pemimpin yang baik, you are not a leader,”. Beeh, jujur membuat mimin berpikir keras sambil ketawa sedikit.

Ya, maaf lhogengsmimin ketawa tuh sebab seneng aja sih masih ada politisi yang pandai membuat analogi popular seperti ini – meski sebenarnya pesan yang hendak disampaikan oleh Bu Chusnul tuh berat banget.

Makanya, ketawanya mimin nggak lama kok karena setelah itu mimin mencoba berpikir keras untuk menangkap pernyataan demi pernyataan Bu Chusnul tentang kondisi politisi terutama dari kalangan perempuan yang menurutnya kurang cerdas dan serius dalam memahami persoalan kenegaraan.

Menyimak Bu Chusnul ini, mimin jadi ingat sosok Daenerys Targaryan dalam serial film Game of Thrones. Dia pandai mengapitalisasi isu yang sedang trending untuk digelorakan di hadapan publik yang sedang mengalami krisis kepemimpinan.

Dan memang hal itu kan, cuy, yang kerap terlihat dari aktivitas Partai Gelora. Ya, tidak jauh bedalah dengan apa yang dilakukan oleh partai kakak tingkatnya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Misalkan nih, Bu Chusnul kan mengatakan bahwa perempuan di ranah politik harus aktif dan cerdas supaya tidak hanya jadi pemanis layar politisi saja. Demikian halnya Mbak Grace Natalie juga dulunya kerap menggunakan narasi perempuan dalam ruang politik, gengs.

Kalian pasti masih ingat toh saat Mbak Grace bilang begini, “Kalau di PSI, kita paksakan agar satu dari tiga jabatan penting, seperti ketua untuk (jabatan) sekretaris dan bendahara itu perempuan.”

Menurut mimin, sama sih seperti Bu Chusnul yang bilang, “Perempuan tetap menganggap politik kotor, tapi dia sendiri tidak mau ikut membersihkan. Inilah problem kita saat ini, nah Partai Gelora sebagai partai baru jangan seperti partai-partai yang sudah ada”.

Wah, kakau mimin melihat dan mengamati, kok Partai Gelora ini kelihatannya ingin meniru strategi PSI dulu ya, yang kerap kali menyuarakan ide-ide populer. Apa jangan-jangan memang menggunakan strategi yang sama?

Namun yang penting, setelah dapat tersebut, jangan sampai ya, sekadar menjadi partai ‘tukang pos’ yang kerjaannya melaporkan pihak seberang. Uppsss. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version