Site icon PinterPolitik.com

Para Peramal Gestur Jokowi

Jokowi Ahok Imlek

Presiden Jokowi di Imlek Nasional 2020 (Foto: Setneg)

“Kamu Milea, ya? Boleh gak aku ramal? Aku ramal, nanti kita akan bertemu di kantin,” – Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990


PinterPolitik.com

Pernyataan Presiden Jokowi di acara Imlek Nasional beberapa waktu lalu sepertinya menjadi pembicaraan banyak orang ya. Bukannya apa-apa, di acara tersebut Pak Jokowi sempat menyinggung pendampingnya saat menjadi gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Jadi, Pak Jokowi ini sempat menyinggung Pak Ahok karena gak hadir di acara tersebut. Gak hanya itu, Pak Jokowi juga sempat melontarkan pernyataan “setelah jadi Komisaris Utama Pertamina, kok tidak datang”. Kalau diperhatikan, Pak Jokowi menyinggung Pak Ahok berkali-kali tuh di acara tersebut.

Akibat pernyataan Pak Jokowi tersebut, spekulasi kemudian bergulir. Beberapa orang bertanya-tanya, kok Pak Jokowi melontarkan pernyataan seperti itu sih? Mungkin ada juga yang bertanya, memangnya ada apa sih dalam hubungan Pak Jokowi dan Pak Ahok sekarang.

Pernyataan dari Pak Jokowi itu kemudian memunculkan banyak orang yang mencoba meramal atau menafsir pernyataan Pak Jokowi. Misalnya aja, ada yang menilai kalau pernyataan Pak Jokowi itu adalah peringatan kepada Pak Ahok.

Gak hanya itu, ada juga yang memberikan tafsiran kalau Pak Jokowi ini kecewa. Masih ada lagi, ada juga yang mengartikan kalau pernyataan Pak Jokowi ini mungkin aja cuma ekspresi kangen dari sang presiden kepada Pak Ahok.

Hmmm, kok jadi banyak peramal dan penafsir dadakan gini ya dari pernyataan Pak Jokowi? Apakah mereka merasa seperti Dilan ketika meramal dirinya bakal ketemu Milea?

Lagian, kadang-kadang orang tuh suka bikin bingung. Nanya soal sikap Pak Jokowi kok ke orang lain? Bukannya bisa langsung nanyain langsung ke Pak Jokowi? Memangnya kenapa sih, sampai harus pakai peramal atau penafsir gestur Pak Jokowi? Kan bisa tabayyun atau klarifikasi langsung gitu loh.

Bukannya apa-apa, hal seperti ini tuh bukan sekali dua kali doang terjadi dalam pemberitaan di Indonesia. Ketika orang bersikap sesuatu, coba dimaknai macam-macam kemudian dibumbui oleh pendapat pengamat yang boleh jadi gak sepenuhnya paham dengan konteks. Sementara itu, subjek yang bersikap sendiri malah luput dari pertanyaan.

Semoga aja pemberitaan kita nanti gak sepenuhnya diisi sama para peramal ya. Kan katanya jangan hoaks, jangan menggiring opini, harus cover both sides, bla bla bla. (H33)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version