“Now we’re International, so international” – Pitbull, penyanyi rap asal Amerika Serikat
PinterPolitik.com
Mungkin, bila kita berbicara mengenai penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, perdebatan dan diskusi bisa saja berakhir tak berujung. Bagaimana tidak? Kasus penganiayaan yang diduga melibatkan beliau sebagai korban pada tahun 2017 silam disebut-sebut masih belum terungkap sepenuhnya.
Hmm, meski siapa dan apa yang terjadi di balik peristiwa tersebut belum dapat terungkap sepenuhnya, nama Pak Novel tampaknya semakin dikenal dan dicintai nih di masyarakat, khususnya di luar negeri lho. Bagaimana tidak? Beliau ternyata sering diundang untuk berbicara dalam forum-forum tertentu.
Pada Desember 2019 lalu misalnya, Pak Novel diundang untuk berbicara di hadapan para perwakilan negara di rangkaian kegiatan Conference of State Parties (CoSP) United Nations Convention Against Corruption (UNCAC). Di forum tersebut, beliau berbicara mengenai perlindungan bagi lembaga dan pegawai antirasuah.
Masih dalam tahun yang sama, organisasi non-pemerintah yang bernama Amnesty International pernah membawa persoalan Pak Novel ke Kongres Amerika Serikat (AS). Kala itu, lembaga legislatif AS itu membahas mengenai pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di negara-negara Asia Tenggara.
Tak hanya berhenti di acara-acara forum, Pak Novel juga baru saja mendapatkan penghargaan tuh. Nama penghargaan diterimanya di Putrajaya, Malaysia, ini adalah Perdana International Anticorruption Champion Foundation (PIACCF).
Kerennya, penghargaan itu diserahkan langsung lho oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Pelaksana Tugas (Plt) Juru Bicara KPK Ali Fikri menilai bahwa Pak Novel ini pantas buat menerima penghargaan tersebut tuh karena pernah mengalami penyerengan pada 2017 silam.
Hmm, tapi, di luar KPK, ada nggak ya orang Indonesia lain yang menganggap Pak Novel pantas mendapatkan penghargaan? Soalnya nih, kalau diingat-ingat kembali, ada beberapa pihak yang malah meragukan penyerangan yang terjadi pada Pak Novel dulu.
Politisi PDIP Dewi Tanjung misalnya, menganggap penyerangan itu sebagai rekayasa belaka. Menurut Mbak Dewi, tak masuk akal bila air keras yang disiramkan hanya melukai mata tanpa mengenai bagian wajah lainnya.
Menanggapi dugaan Mbak Dewi, seorang tetangga Pak Novel – Yasri Yahya – malah menantang Mbak Dewi buat adu bukti tuh. Wah, mungkin, ini nih yang dimaksud oleh meme-meme virus congorna tatangga yang dinilai sangat menakutkan. Hehe.
Ya, apa boleh buat apabila Pak Novel lebih dicintai di luar negeri. Padahal, penyidik-penyidik yang berani seperti beliau kan harusnya tetap didukung dan dijaga keselamatannya di dalam negeri sendiri agar tetap mampu membongkar siapa-siapa yang memakan uang rakyat Indonesia. Ya, kan? (A43)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.