Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin unggah sebuah video di akun Instagram-nya yang menyindir soal kehidupan pribadi Rocky Gerung. Apa Ngabalin sudah jadi ‘orang nyebelin’ yang biasa tanya soal kapan nikah?
Masyarakat Indonesia biasanya punya tradisi khusus ketika hari besar dan hari libur tertentu tiba. Lebaran atau Hari Raya Idulfitri, misalnya, menjadi waktu yang dimanfaatkan oleh banyak orang untuk berkumpul dengan keluarga besar sembari saling meminta maaf dan bercerita soal kabar masing-masing.
Selain itu, momen Hari Raya Idulfitri juga jadi kesempatan bagi mereka yang merantau untuk pulang sejenak ke kampung halaman. Namun, bagi keluargaku, Hari Raya Idulfitri bukanlah satu-satunya hari besar yang ditunggu-tunggu, melainkan juga Hari Raya Idul Adha.
Mungkin, bagi kalian yang memiliki keluarga berdarah Madura, menunggu hari raya Islam yang satu ini merupakan hal yang biasa. Biasanya, orang-orang Madura akan mudik juga di hari raya ini – biasa disebut sebagai tradisi Toron atau “turun” dalam Bahasa Indonesia.
Tradisi ini disebut demikian karena momen ini menjadi waktu bagi mereka yang bekerja di wilayah yang jauh untuk turun kembali ke tempat asal mereka. Ya, inilah alasan di balik fenomena hilangnya abang-abang penjual Sate Madura langganan kalian setiap mendekati Hari Raya Idul Adha.
Tapi, tradisi Toron ini – meski perlu disyukuri karena masih bisa berkumpul dengan sanak famili – terkadang jadi bumerang juga buat aku. Biasalah, di setiap kumpul keluarga besar, pasti ada ajalah pertanyaan yang sedikit “menyayat” hati.
Kurang lebih, pertanyaannya berbunyi seperti ini, “Kapan nikah? Mana calonnya? Kok nggak dikenalkan ke keluarga?” Mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti ini, aku sontak hanya pura-pura tersenyum dan tertawa sembari menjawab, “Haha, belum ada calonnya.”
Sungguh sebuah senyum dan tawa yang palsu. Sejujurnya, aku pun merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan soal “nikah” ini. Kalian yang termasuk dalam kelompok generasi milenial dan Generasi Z pasti juga merasa kalau pertanyaan gitu itu annoying, kan?
Mungkin, ada untungnya juga ya selama dua tahun ini mudik jadi sulit karena pandemi Covid-19. Ya, meskipun kangen kampung halaman, pertanyaan-pertanyaan seperti itu se-enggak-nya nggak terdengar dan tak mengganggu untuk beberapa saat.
Baca Juga: Ngabalin Atau Fahri, Siapa Pengganti Moeldoko?
Tapi, perkiraanku ternyata salah. Pertanyaan-pertanyaan itu ternyata masih menghantui – bahkan meski momen-momen hari raya telah berlalu selama beberapa bulan. Kali ini, pertanyaan tersebut tidak datang dari anggota keluarga yang annoying, melainkan dari seorang pejabat di Istana, yakni Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin.
Gimana nggak? Beberapa waktu lalu, Pak Ngabalin ini tiba-tiba mengunggah sebuah video di akun Instagram miliknya. Video itu berisikan sejumlah potongan foto dan video pengamat politik Rocky Gerung.
Selain itu, Pak Ngabalin juga menuliskan beberapa kalimat yang dinilai menyerang urusan pribadi Bung Rocky. Intinya, Tenaga Ahli Utama KSP tersebut mendoakan agar Rocky bisa segera menikah supaya akal dan otaknya tidak “miring” lagi.
Hmm, ini sebuah move yang salah menurutku. Pak Ngabalin ini nggak sadar apa kalau urusan pernikahan itu urusan yang sensitif? Nanti, kalau komunitas perjombloan ikut mengamuk ke Pak Ngabalin gimana?
Mungkin, kalau lagi kumpul keluarga, Pak Ngabalin ini jadi sosok paman yang suka melemparkan pertanyaan serupa. Ya, semoga aja nggak demikian ya. Kasihan soalnya.
Buat anggota keluarga sendiri aja, pertanyaan seperti ini merupakan urusan personal yang mengganggu kalau ditanyakan – apalagi kalau ditanyakan ke orang yang bukan saudara sendiri. Apa Pak Ngabalin nggak sadar kalau di tahun 2021 ini menikah bukanlah tujuan utama bagi sebagian orang?
Bisa aja, kan, ada fokus tujuan di aspek kehidupan lainnya – seperti karier dan kebahagiaan diri. Kalau nggak percaya, Pak Ngabalin bisa coba tanya ke anak-anak di generasi milenial dan Generasi Z. Banyak kok dari mereka yang belum ingin menikah secepatnya.
Ya, emang sih Bung Rocky sering mengkritik pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Tapi, daripada menyerang pribadi (ad hominem), bukannya lebih baik menyerang argumen dan pandangannya aja? Sebagai pejabat pemerintahan, perlu dong memberi contoh baik buat masyarakat. Bukan begitu? (A43)
Baca Juga: Otak Sungsang, Taktik Jitu Ngabalin?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.