“Itu bukanlah soal kekayaan ataupun kemegahan; kesejahteraan dan kenyamanan yang memberikan Anda kebahagiaan” – Thomas Jefferson, Presiden ketiga Amerika Serikat (AS)
Hangat-hangat berita di Papua, panas-panas birokrasi di Jakarta. Begitulah kalimat yang mimin buat secara serampangan untuk menggambarkan timbul dan tenggelamnya kasus di Papua, mulai dari persoalan hak asasi manusia, pembangunan, sampai separatisme.
Nah, yang belakang itu paling menegangkan. Pasalnya, ada asumsi baru nih yang disampaikan oleh Brigjen Egianus Kogeya sebagai Panglima Komando Daerah Pertahanan (Kodap) III Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Nduga, Papua, yang notabenenya merupakan sayap militer dari Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Seperti pemeo mimin di awal “panas-panas birokrasi di Jakarta” memang pernyataan Egianus bisa membakar para pejabat di ibu kota, dalam hal ini Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD dan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.
Dengan gaya bicara hangatnya selayaknya prajurit yang tahu kelemahan lawan, Egianus mengaku mendapat amunisi senjata dari hasil jual beli dengan TNI dan Polri, cuy.
Parahnya lagi, seperti menyindir pemerintah yang abai terhadap kesejahteraan rakyatnya, Egianus melempar kalimat, “Kalau tidak [jual amunisi], mereka [TNI dan Polri] mau dapat makan dari mana. TNI/Polri mereka jual jadi kami beli.” Wih, mimin ngilu dengarnya, bahkan meskipun belum terbukti benar lho, ya.
Sebabnya, mimin juga pernah dengar berita di tahun 2020 yang membeberkan kisah tentang seorang prajurit TNI yang dijatuhkan hukuman seumur hidup akibat terbukti menjual amunisi senjata api ke Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Nah lho, mimin jadinya gamang kan mau percaya ke siapa. Kayaknya harus menunggu statement dari Pak Mahfud dan Pak Prabowo dulu deh terkait ini semua, biar balance dan terang begitu duduk soalnya. Pasalnya, mimin masih mendengarkan nasihat Pak Mahfud kala berkunjung di Papua pada tahun 2019.
Secara bijak, ia berkata, “Kita jaga negeri ini dengan sepenuh hati, tapi jangan sampai terprovokasi oleh pihak manapun.” Ya sudah deh, mimin nggak mau terpancing dengan pernyataan Egianus, sekalipun sudah pernah ada fakta keterlibatan prajurit TNI dalam jual beli senjata.
Tapi, ngomong-ngomong Pak Mahfud mungkin perlu berkoordinasi dengan Pak Prabowo sebelum bertindak deh. Soalnya, Egianus kan menyebut faktor kesejahteraan prajurit sebagai salah satu biang kerok nekatnya prajurit menjual amunisi itu.
Kenapa kok harus Pak Prabowo? Ya, sebab Menhan lho sudah berjanji dan menjamin bahwa aparat negara pasti akan sejahtera. Makanya, seyogianya Pak Prabowo segera klarifikasi lah, cuy, biar publik nggak menuduhnya abai.
Sebagai bahan mencari dalang, mending kita belajar dari transfer pemain dalam dunia sepak bola. Sebab, modus operandi perdagangan seperti kata Egianus nih hampir sama dengan sistem jual beli pemain bola.
Jadi, singkatnya, baik transfer pemain maupun jual beli senjata sama-sama melibatkan tiga aktor penting, yakni pemilik, penyambung, dan pembeli. Di ranah praksis, pemilik berarti elite militer. Pembeli jelas pasukannya Egianus. Sementara, penengah ini tentu prajurit militer yang berada di perbatasan dan terlibat komunikasi dengan dua aktor lain.
Sebagaimana cara memastikan pemain berlabuh, ada pada klub awal yang sedang dibela pemain, maka dalam jual beli senjata ini kuncinya ada pada elite militernya sih. Kalau memang asumsi mimin itu benar, dan apabila Menkopolhukam pun Menhan serius mengungkap kejahatan militer ini, maka sebentar lagi kita bakal tahu siapa dalang di balik ini semua. Stay tune ya, cuy. Jangan lupa camilannya biar nggak kaget. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.