Site icon PinterPolitik.com

Nasdem vs Gerindra Bak El Clásico?

Nasdem vs Gerindra Bak El Clásico

Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto (kedua dari kiri) dan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh (ketiga dari kiri) ketika bertemu pada Oktober 2019 lalu. (Foto: Media Indonesia)

“Terkadang memenangkan suatu pertengkaran itu lebih buruk daripada kalah” – Eleanora Fagan, penyanyi Jazz asal Amerika Serikat (AS)


PinterPolitik.com

Gengs, berhati-hatilah menentukan anggota tim karena, saat orang yang kalian pilih ternyata memiliki ego kurang stabil sehingga dinilai orang lain buruk, itu bisa menghambat kinerja tim kalian lho.

Soal pemilihan tim ini sangat penting, sampai-sampai banyak tuh film-film box office yang mengangkatnya ke dalam layar lebar, seperti Team-A atau Fast and Furious. Dari dua film itu, komunikasi tim menjadi faktor kunci apabila misi ingin segera diselesaikan dengan cepat, tepat, dan rapi.

Barangkali analogi itu yang sedang dipikirkan oleh Wakil Fraksi Partai Gerindra Desmond J. Mahesa saat mengomentari kinerja dan gaya komunikasi Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate kemarin. Nggak cuma komentar, Desmond meminta supaya Johnny dimasukkan ke dalam list menteri yang perlu di-reshuffle oleh Presiden Joko Widodo jika berencana merombak kabinetnya.

Ibarat rapat dalam bangsal dewan perwakilan negeri Yunani Kuno, pendapat Desmond mendapat kecaman dari partai saingannya, yakni Nasdem. Lewat Ketua DPP-nya, Irma Suryani Chaniago, Nasdem meminta mbok ya Gerindra tuh ngaca kalau mau kritik soal komunikasi menteri.

Mbak Irma pun menghadirkan pembanding dari para menteri yang Gerindra miliki. Doi meminta supaya Gerindra mengkritisi kinerja Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto di tengah situasi politik yang memanas begini atau Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang kemarin bikin kisruh soal lobster.

Nyatanya, keduanya nggak menjalankan komunikasi yang baik tuh di depan publik. Kalau memang sudah jago kayak abang jago, tentu publik bakal paham terhadap kebijakan dua menteri tersebut. Lha wong nyatanya saja publik masih banyak yang bertanya-tanya kok soal situasi politik – pun mau dibawa ke mana benih lobster kita.

Widih, dua partai itu kayak El Clásico antara Real Madrid melawan Barcelona dahulu ya. Masing-masing saling menjaga dan mengeluarkan jurus pamungkas. Kalau di laga El Clásico kan sering tuh pemain Madrid mengecam aksi pemain Barcelona. Begitu pun sebaliknya.

Ujung-ujungnya, di atas lapangan, mereka saling mengeluarkan jurus yang menampar muka rival. Madrid dengan Ronaldo-nya sedangkan Barcelona dengan Messi-nya.

Makanya, mending kalau menurut mimin nih, Nasdem dan Gerindra sudahi saja perdebatan tentang mana menteri yang layak di-reshuffle dan tidak. Lagian, keduanya kan sudah masuk di kabinet. Kalau mau berdebat ya pas rapat sama Pak Jokowi saja. Kan enak.

Di samping itu, soal siapa yang komunikasinya baik dan tidak, serta siapa yang harus didepak, itu semuanya sudah dipantau oleh presiden. Mimin yakin kok presiden punya rapor sendiri.

Daripada berdebat di ruang publik begini malah kurang elok. Kita yang melihat justru risih. “Lha wong sesama di pemerintahan kok kisruh di sini? Apa ruang rapat kabinet mulai sesak?” Upps. (F46)

Exit mobile version