“Semua murid semua guru, Semua murid semua guru, Meski berbagai budaya, berbagai usia, Dan ingatlah bahwa kita insan yang merdeka, Belajar bergerak bermakna” – Glenn Fredly, penyanyi asal Indonesia
PinterPolitik.com
Lagu yang dinyanyikan mendiang Glenn Fredly tersebut kerap terngiang di telinga. Bukan karena ada perayaan pakai sound system seperti orang hajatan, melainkan pengen aja dengerin, apalagi setelah membaca berita tentang guru Papua yang mengirim surat buat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Cerita ini berasal dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sih. Jadi, isi surat guru honorer di Papua tadi itu mengeluhkan tentang kesenjangan pendidikan. Hal itu runyam sekali, mengingat di tengah Covid-19 ini, pemerintah seakan mekso agar semuanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) saja, cuy.
Mungkin guru yang bernama Maruntung Sihombing jengkel kali ya, sebab, doi sampai bilang begini, gengs, “Kenapa lho kita cuman fokus pada soal ‘PJJ saja’, ‘PJJ terus’? Padahal, di Papua, jangankan menggunakan akses internet, cara mengoperasikan internet saja masih belum secanggih seperti anggapan pejabat elite pendidikan kita.”
Misal nih kita ambil pernyataan dari Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) Garuda Sukardoyang bilang begini, “Sekarang memang mendesak, terlebih kita ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tapi setelah ini, PJJ tentu bisa menjadi budaya baru pendidikan.”
Di situ jelas kan, gengs, kalau ternyata pegiat elite pendidikan (kalau diurut ya sampai Menteri-nya) menghendaki PJJ jadi role model metode belajar-mengajar. Oke, kita sih bisa yes, tapi bukan asal tebang lahan dalam waktu singkat.
Kalau itu jangka panjang, gak mengapa, tidak ada masalah, sembari membuat persiapannya. Tapi kalau sampai mendadak hingga mereduksi fakta lapangan, kesannya kok justru kayak panic policy, alias kebijakan gagap di tengah pandemi.
Makanya, kalau KPAI marah sama Mendikbud, ya wajar. Tapi kemarahannya ada sisi manisnya kok, yakni adanya tanda perhatian.
Soalnya, Retno Listyarti dari KPAI juga bilang gini, cuy, “Ini masalah lama yang terpendam dan makin nyata di saat pandemi covid-19. Pandemi ini telah membuka lebarnya kesenjangan digital di kalangan siswa. Kebutuhan akan digitalisasi berhadapan dengan kenyataan lebarnya ketidaksetaraan ekonomi dan sosial di kalangan keluarga-keluarga siswa.”
Eks bos Gojek itu memang ahli di bidang bisnis berbasis digital, makanya Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih doi sebagai Menteri. Kelihatannya itu sebagai upaya, cuy, bahwa Indonesia bersemangat mengimplementasikan jargon menyongsong industri 4.0. Tapi segi analisisnya Mas Mendikbud ini ternyata masih kurang paham nihkondisi di beberapa daerah yang tak memiliki fasilitas listrik dan internet yang memadai.
Nah, daripada sibuk pada PJJ yang cuman muter di daerah terjamah internet cepat, mending fokus aja mengatasi masalah pendidikan yang merata, agar terkesan adil dan bijaksana. Jauh pasak dari tiang memang ya. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.