“Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.”
– Sartono, Hymne Guru
PinterPolitik.com
Guna memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November kemarin, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam orang. Nah, pada hari tersebut pula, Gibran Rakabuming Raka, putra sulungnya mengumumkan tiga jagoan favoritnya.
Pada diskusi bertema Hari Pahlawan yang digelar Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Banteng Muda Indonesia DKI Jakarta di Hotel Balairung, Matraman, Jakarta Timur kemarin, Gibran diajak sebagai pembicara. Dengan tema seperti itu tentu Gibran ditanya siapa jagoan favoritnya. Pilihan pun jatuh pada Bung Karno, Bung Hatta dan Nadiem Makarim.
Kenapa ada nama Mendikbud nyempil, Gibran pun menjelaskan. Bagi Gibran inovasi Nadiem sangat berarti karena tanpanya Gibran hanyalah penjual makanan biasa. Bayangkan tanpa Go-Food gimana caranya Gibran bersaing dalam bisnis kuliner.
Berkat Nadiem bisnis Gibran bisa sukses dan sekarang dia merambah ke bidang teknologi. Tentunya tanpa Mas Nadiem kita semua sebagai konsumen yang mager pasti bingung mau makan gimana. Dan Bu Sri Mulyani pun agak muter otak buat menaikkan konsumsi.
Siapa sih yang tak menyadari kehebatan Nadiem Makarim. Baru mendirikan Gojek aja udah jadi pahlawan buat Gibran, putera sulung Presiden RI. Gimana jadi menteri, kira-kira masih bakal jadi pahlawan gak ya?
Tentunya jangkauan Nadiem untuk berbuat kebajikan di bumi Nusantara ini akan lebih luas. Cuman tantangannya pasti lebih banyak. Para pahlawan nasional adalah mereka yang rela berkorban bagi negara. Itu juga belom tentu diangkat sebagai pahlawan nasional. Proses panjang cuy, negara banyak PR lain soalnya.
Gimana pun PR Nadiem gak cuma bikin inovasi buat terobosan signifikan dalam pengembangan SDM. Nadiem juga harus mastiin aplikasi pendidikan yang mau diluncurkan bisa diakses di pedesaan. Takutnya aplikasi udah jadi, akses internetnya malah gak nyampe. Gak baik kalo mubazir.
Oiya, jangan lupa para guru honorer serta anak putus sekolah yang nasibnya perlu perbaikan mendesak. Belum lagi tingkat literasi di Indonesia yang masih sangat rendah.
Hadeuh, mempertahankan gelar sebagai pahlawan tidak resmi saja tugasnya bejibun. Apapun itu Mas Nadiem sudah jadi pahlawan bagi Gibran dan kami kaum mager. Kami pun mendukung buat Mas Nadiem untuk terus menjadi jagoan di bidang pendidikan ke depannya. (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.