“Tulislah tentang aku dengan tinta hitam atau tinta putihmu. Biarlah sejarah membaca dan menjawabnya.” – Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia
Gengs, kalian sadar nggak sih kalau pelajaran sejarah tuh sangat penting untuk tumbuh kembang suatu bangsa? Seharusnya, kita semua harus menyadarinya lah, cuy.
Secara, memang begitu kok nasihat para pendiri bangsa, mulai dari Soekarno yang kerap mengucapkan, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah,” atau yang biasa disingkat menjadi Jas Merah, sampai dengan Moh. Yamin yang mengontekskan cita-cita persatuan dengan sejarah bangsa. Nggak hanya di Indonesia, bahkan sejarah juga sangat penting bagi peradaban mana pun.
Coba amati saja perkataan tokoh-tokoh dunia, seperti Mahatma Gandhi, Nelson Mandela sampai penulis kondang George Orwell. Saking pentingnya, sampai-sampai Orwell bilang bahwa inti perjuangan ada pada faktor sejauh mana bangsa tersebut paham sejarahnya sendiri.
Menyadari hal itu, sedari kecil kita nih dididik buat mengenal sejarah Indonesia lewat bangku pendidikan. Wajar aja toh kalau sejarah di masukkan dalam kurikulum sekolahan, secara sebagaimana Mandela bilang, bahwa pendidikan tuh senjata paling ampuh.
Artinya, kalau sejarah dibilang penting sebagai dasar kemajuan bangsa, maka pendidikan sejarah adalah ramuan sakti mandraguna. Selain itu, juga belajar sejarah kan bisa bikin pikiran jernih dalam memandang masa lalu.
Darinya, kita paham mana kisah yang perlu diabadikan, mana yang perlu diluruskan, dan mana yang hanya sekadar buatan. Pokoknya, sejarah itu penting deh. Makanya, akhir-akhir ini film-film sejarah juga banyak diproduksi kan, mulai dari obituarium tokoh sampai roman historis seperti Bumi Manusia.
Di tengah usaha tersebut nih, lha kok tiba-tiba ada embusan isu bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud( kita, Mas Nadiem Makarim, hendak menghapuskan mata pelajaran sejarah dari kurikulum kita. Kaget nggak kalian?
Mimin saja sampai hampir tersedak kok. Meski kata Mas Nadiem isu tersebut ‘tidak benar’, tetapi pernyataan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih seakan menyiratkan isu tersebut secara sistematis digulirkan. Nah, ada apa ini dengan dua lembaga tersebut kok malah adu pendapat begitu, cuy?
Coba deh dipikir, isu yang disematkan kepada Mas Nadiem ini sudah menggelinding dan diterima oleh masyarakat luas. Tiba-tiba, Mas Nadiem menampiknya. Terus sikap legislatif nggak jelas sama sekali dan sepertinya malah menyalahkan pihak Kemendikbud. Jadi, sebenarnya tuh isu ini bagaimana statusnya sih?
Kalau memang nggak benar, seharusnya Mas Nadiem langsung gelar rapat dengan legislatif aja deh untuk membahas cara menghentikan laju isu ini. Bahaya lho. Bisa bikin gaduh.
Hmm, barangkali tuh ada orang yang menggelindingkan isu ini dengan sengaja. Wah, andai benar, mesti waspada ekstra nih, Mas. Ingat lho zaman sekarang banyak orang kayak si Peter dalam film The Divergent Series, yang ahli mencuri dengar dan ke sana pun ke mari sesuai keuntungan diri. Upps. (F46)