“Revolusi Informasi, mestinya ada satu kelas baru, yang paling nyata adalah driver online… Yang saya tidak habis pikir, kenapa orang tidak melirik Nadiem?” – Fakhruddin Muchtar, pengamat sosial-politik Universitas Jakarta (Unija)
Baru-baru ini, tersebar sebuah video yang menggambarkan driver online sebagai kelas sosial baru. Tentunya, kelas sosial inilah yang digadang-gadang akan menjadi bagian dari konstelasi politik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Dalam video yang berdurasi kurang dari tiga menit, pengamat sosial-politik Universitas Jakarta (Unija), Fakhruddin Muchtar, berbagi cerita tentang peran besar mahasiswa yang harus melibatkan elemen di luar mereka.
Fakhru mengilustrasikan peran penting petani dan buruh dalam sebuah aksi mahasiswa. Hal ini tergambarkan dalam sepenggal lirik yang sering dinyanyikan, “buruh, tani, mahasiswa, rakyat miskin kota.”
Kenapa buruh dan petani itu penting? Bukan berarti pekerjaan lain tidak penting, melainkan karena memang mereka ikon dari dua generasi revolusi.
Sedikit memberikan konteks, setidaknya terdapat tiga fase dalam sejarah revolusi manusia. Fase pertama adalah kehidupan bercocok tanam akibat dari Revolusi Agrikultur – yang juga melahirkan kelas petani.
Kemudian, pada fase kedua, yakni Revolusi Industri, manusia menemukan mesin uap yang juga pada akhirnya menciptakan kelas sosial baru yang disebut dengan buruh.
Merespons hal tersebut, Fakhruddin menegaskan bahwa driver online juga harus diakui sebagai kelas baru yang merupakan anak kandung dari Revolusi Informasi yang saat ini kita berada di dalamnya.
Bahkan, ia merasa heran jika pendiri Gojek yang juga merupakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim tidak dilirik dalam konteks politik elektoral 2024 mendatang.
Dalam konteks hasil pengamatan politik, tentunya pernyataan ini menarik karena, sebagai perusahaan teknologi besar (big tech), Gojek saat ini sudah merger dengan Tokopedia menjadi GoTo.
Oh ya, perusahaan ini juga merupakan salah satu decacorn di Indonesia loh. Hal ini dapat dilihat dari valuasi yang telah menembus lebih dari US$ 18miliar (sekitar Rp256 triliun). Waw, ini bukan angka yang kecil loh.
Tentunya, sebagai salah satu perusahaan big tech, GoTo akan menjadi magnet kuat bagi para politisi untuk mendekat.
Dalam konteks ini, pernyataan Fakhruddin terkait peran Nadiem dalam konteks politik elektoral 2024 memang perlu menjadi perhatian banyak orang. Nadiem bukan hanya mampu membuat big tech dan membanggakan Indonesia, melainkan juga telah melahirkan kelas sosial baru yang disebut driver online.
Hmm, jangan-jangan benar ucapan Fakhruddin. Kalau memang driver online jadi kelas baru, maka lagu aksi berubah menjadi, “buruh, tani, mahasiswa, driver online kita” – dengan lanjutan, “bersama teman bertualang.” Uppss, itu kan lagu Ninja Hattori ya? Hehehe. (I76)