“I remember you was conflicted, misusing your influence” – Kendrick Lamar, penyanyi rap asal Amerika Serikat
PinterPolitik.com
Siapa yang nggak kenal dengan Nadiem Makarim? Figur muda ini disebut-sebut berhasil dan berpengalaman dalam membesarkan perusahaan Gojek hingga menjadi salah satu perusahaan start–up terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Kisah sukses ala eksekutif muda (eksmud) ini sepertinya membuat banyak orang kesengsem dengan Mas Nadiem. Mungkin, itulah sebabnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mengajak mantan CEO Gojek ini untuk menduduki salah satu posisi penting di Kabinet Indonesia Maju, yakni sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Kehadiran Mas Nadiem di pemerintahan membuat beberapa pihak mengharapkan perubahan. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) misalnya, berharap agar beliau dapat merevolusi pendidikan di Indonesia agar lebih sesuai dengan perkembangan zaman yang diikuti dengan permintaan pasar kerja revolusi industri 4.0.
Mungkin, itulah mengapa Presiden Joko Widodo ingin Mas Nadiem dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi digital di sektor pendidikan. Mendikbud sendiri juga sadar kalau digitalisasi itu perlu dibawa ke dunia pendidikan.
Sepertinya, rencana tersebut mulai dilakukan tuh secara perlahan. Sebuah meme yang viral ketika Mas Nadiem ditunjuk sebagai Mendikbud berisikan akan harapan bahwa pembayaran biaya sekolah dapat dilakukan melalui GoPay.
Namun, kini, meme itu kayaknya telah dikabulkan. Bagaimana tidak? Sebanyak 180 lembaga pendidikan seperti sekolah, pesantren, madrasah, dan lembaga kursus telah tergabung dalam layanan GoBills milik GoPay yang memungkinkan wali murid untuk membayar uang sekolah di mana pun dan kapan pun.
Wah, Mas Nadiem ini emang paling jago ya dalam membuat netizen kesengsem. Setelah pidato Hari Guru Nasional 2019 dan penghapusan Ujian Nasional (UN), kini kementerian Mas Nadiem juga memungkinkan pembiayaan yang jauh lebih simple.
Eits, tapi nih, kemudahan ini nggak lepas dari kritik dan dugaan tuh. Soalnya nih, kebijakan GoPay ini ditakutkan diikuti dengan konflik kepentingan (conflict of interest) yang dimiliki Mas Nadiem sebagai pendiri dan mantan CEO Gojek, serta pemilik saham di perusahaan itu.
Waduh, dengan adanya dugaan-dugaan seperti itu, bukan nggak mungkin publik menjadi bertanya-tanya soal kebijakan ini. Apalagi, fitur pembayaran sekolah yang terintegrasi seperti ini hanya baru ada di layanan GoBills milik GoPay. LinkAja yang notabene milik negara saja belum memiliki menu yang terintegrasi seperti itu.
Ya, semoga saja Mas Nadiem bisa segera menjelaskan perihal dugaan-dugaan tersebut. Barang kali, Mas Mendikbud bisa ngikutin saran dari politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean agar dapat lebih diperjelas melalui Peraturan Menteri. Hehe. (A43)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.