Site icon PinterPolitik.com

Musra Alat Jokowi Untuk Ganjar?

Musra Alat Jokowi Untuk Ganjar?

Ganjar Pranowo dan Joko Widodo. (Foto: Akurat.co)

“Ada beberapa hal yang menjadi dasar (Musra), misalnya ojo kesusu (jangan buru-buru), gali kehendak rakyat, bicara lagi kepada rakyat, dan serap aspirasi rakyat”- Panel Barus, Ketua Panitia Nasional Musra Indonesia


PinterPolitik.com

Akhir-akhir ini, sejumlah organisasi sukarelawan Presiden Jokowi semakin gencar melakukan penetrasi politik. Salah satu yang menarik yaitu akan digelarnya Musyawarah Rakyat (Musra) di seluruh provinsi di Indonesia untuk menentukan presiden selanjutnya.

Ketua Panitia Nasional Musra Indonesia Panel Barus, mengatakan bahwa Musra ini bertujuan sebagai wadah bagi masyarakat untuk terlibat aktif dalam menentukan kepemimpinan nasional ke depan. Menurutnya, hal ini bagian integral dari sistem demokrasi yang saat ini dianut Indonesia.

Sedikit memberikan konteks, Musra mengusung tiga tema, yakni program prioritas harapan rakyat, karakteristik kepemimpinan, dan menentukan capres-cawapres dambaan rakyat. Ini adalah kelanjutan dari usulan Jokowi saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Projo di Magelang, Jawa Tengah.

Tak tanggung-tanggung, Musra ini melibatkan 15 organisasi sukarelawan Jokowi, yakni Projo, Relawan Buruh Sahabat Jokowi, Seknas Jokowi, Almisbat, GK, RKIH, Gapura, Jaman, Bara JP, Kornas Jokowi, Indeks, KIB, Duta Jokowi, dan RPJB. Huft, banyak juga ya.

Musra Relawan Jokowi Buat Siapa?

Namun, bukannya tanpa kritik, Musra yang didasarkan pada nilai-nilai fundamental demokrasi tentang keterbukaan bahkan partisipasi masyarakat ini, dikaitkan dengan upaya untuk mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo maju sebagai capres di 2024.

Tentunya tudingan ini berkaitan dengan arahan saat Rakernas V Projo. Kala itu, Presiden Jokowi hanya mengucapkan pesan “ojo kesusu” sebagai simbol kepada sukarelawannya agar tidak tergesa-gesa menentukan dukungan. Dukungan yang dimaksud di sini oleh sebagian pengamat, mengarah kepada Ganjar yang ikut hadir dalam kegiatan tersebut.

Bahkan, komentar Ketua Jokowi Mania (JoMan) Immanuel Ebenezer atau Noel menyebut Ganjar sebagai “The Next Jokowi”. Ia menilai bahwa track record Ganjar saat ini mirip dengan Jokowi yang dulu juga mendapat penolakan dari sejumlah elite PDIP. Ini juga dianggap sebagai penegasan dukungan Jokowi terhadap Ganjar.

Keseluruhan mozaik dari narasi-narasi ini melahirkan puzzle-puzzle pertanyaan. Apakah Musra ini benar tulus ingin menemukan suksesor baru dari kalangan bawah, ataukah hanya sebagai panggung Ganjar, agar terkesan punya legitimasi karena ada partisipasi publik di sana?

Hmm, kok jadi kepikiran kalau konsep Musra yang ditawarkan oleh para relawan Jokowi ini mirip banget dengan ajang pencarian bakat ya. Seperti yang diketahui, ajang pencarian bakat kerap dikatakan sebagai jalan instan mencapai kepopuleran.

Mereka-mereka dari yang bukan siapa-siapa, tiba-tiba menjadi begitu populer setelah ikut ajang tersebut. Masalahnya, dalam prakteknya sering kali kita menemukan kalau ajang tersebut lebih banyak menawarkan sensasi dibandingkan benar-benar mencari talenta. 

Di Indonesia, ajang pencarian bakat dengan segala jualan drama di dalamnya sudah dimulai dari awal milenium lalu, seperti Akademi Fantasi Indosiar (AFI), Indonesian Idol, Kontes Dangdut Indonesia, hingga The X Factor.

Sosiolog Universitas Ewha Womans, Lee Joo-hee mengatakan bahwa ajang pencarian bakat instan ini mampu bertahan dikarenakan merefleksikan cita-cita masyarakat yang berharap terhadap sebuah kompetisi yang adil.

Pemirsa cenderung memiliki fantasi bahwa ajang itu adil dan kemampuan seseorang akan diakui melalui kompetisi yang adil, meskipun pada kenyataannya tidak selalu begitu. Bahkan, sering juga ajang seperti itu dijadikan sebagai tempat untuk menaikan popularitas seseorang yang telah direncanakan sebelumnya.

Wow, ini fakta yang menarik loh. Jika benar ada sisi gelap dari ajang pencarian bakat yang sengaja menyelundupkan seseorang demi menaikan popularitasnya, apakah Musra yang kurang lebih mirip konsepnya dapat juga dibajak untuk kepentingan seseorang? Uhuk uhuk. Batuk nih. Hehehe.

Sebagai penutup, harapannya asumsi-asumsi soal pembajakan Musra ini salah ya. Soalnya kan ini Musra artinya Musyawarah Rakyat ya. Bukan Musra yang artinya Musyawarah Terserah Anda. Upsss. Hehehe. (I76)


Politik Indonesia
Exit mobile version