“Dalam hukum, orang bersalah ketika ia melanggar hak orang lain” – Immanuel Kant, filsuf asal Jerman
Cuy, kalau kalian jadi Pak Muhadjir, kira-kira bakal ngapain setelah ungkapan yang kalian lontarkan menjadi polemik dan viral? Apakah akan secepat mungkin membentuk panitia kerja (Panja) untuk segera merumuskan kebijakan atau akan tetap santuy dan stay cool?
Mungkin jawabannya akan berbeda-beda ya, gengs. Nah, kalau mimin berasumsi bahwa Pak Muhadjir ini akan tetap santuy menanggapi hal ini. Pasalnya, doi sudah beberapa kali melontarkan kalimat yang esensinya sama, yaitu kemiskinan tercipta karena pernikahan terjadi antar-keluarga miskin. Hadeuhh.
Akibat dari kisruh statement Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) tersebut, Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Dedi Mulyadi menyarankan agar pemerintah membuat regulasi untuk pesta pernikahan. Usulannya sih aturan tersebut akan mengatur bahwa orang berpenghasilan rendah dilarang menggelar pesta pernikahan karena berpotensi melahirkan kemiskinan baru.
Hadeuh, namanya juga pejabat negara, ngasih masukannya ya kepada pejabat negara ya, cuy. Usulannya juga terkait kebijakan dong pastinya. Yaa, meski masukannya sedikit aneh sih menurut mimin. Upsss.
Kembali ke kontroversi Pak Muhadjir. Memang sih, jika disikapi secara objektif, statement doi ini menuai pro dan kontra. Ada beberapa kalangan yang menganggap bahwa secara realitas, hal itu memang ada benarnya.
Namun, tentu tidak sepenuhnya menjadi kebenarannya mutlak, ya, karena toh tidak sedikit juga sosok yang berangkat dari orang biasa – bahkan di bawah garis kemiskinan – setelah bekerja keras bisa menjadi kaya raya.
Nah, jika kalian pernah mendengar istilah orang Jawa kuno, pasti pernah tahu istilah mbumbung atau ngeluluh. Yang maksudnya itu mengiyakan tetapi sebenarnya itu sebuah bentuk larangan, cuy.
Nah, usulan Pak Dedi Mulyadi ini sebenarnya mbumbung seperti yang orang Jawa kuno maksud atau memang benar-benar mendorong nih? Soalnya, tidak ada penjelasan lebih lanjut nih. Hehehe.
Kalau memang ternyata hanya sebatas ngeluluh, kok Pak Dedi Mulyadi ini keren banget ya. Jarang-jarang nih, cuy, ada elite di Indonesia menggunakan model satire seperti ini.
Lagian nih, harusnya Pak Muhadjir ini sedikit introspeksi diri ya. Lebih-lebih, mencoba menelaah matang-matang apa yang dimaksud oleh Pak Dedi Mulyadi ini.
Tapi, kalau ternyata, Pak Dedi ini malah sepakat dengan ungkapan Pak Muhadjir, hadeuhh, please, ayo dong, be smart sedikit. Apa bapak tidak mengetahui kalau mengadakan pesta pernikahan juga hak pribadi? Lagian nih, untuk mengentas kemiskinan, bukan berarti pejabat bisa membuat kebijakan yang nyeleneh dan berpotensi melanggar hak. Hadeuhh. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.