“You and I, this…we aren’t done” – Daniel LaRusso, Cobra Kai (2018-sekarang)
Di dunia ini, terdapat berbagai macam aspek budaya. Salah satunya adalah kesenian yang kerap dianggap sebagai bentuk ekspresi nilai ke dalam suatu wadah atau medium – bisa berbentuk lukisan, karya tulis, puisi, pantun, musik, dan sebagainya.
Namun, selain bentuk-bentuk kesenian tersebut, ilmu bela diri pun dapat dianggap sebagai sebuah bentuk seni. Tidak dapat dipungkiri, setiap peradaban pun memiliki bentuk-bentuk seni bela dirinya sendiri.
Tiongkok, misalnya, memiliki seni bela diri yang dikenal sebagai kung-fu. Sementara, Indonesia dianggap memiliki sebuah seni bela diri yang disebut sebagai pencak silat. Tidak hanya Tiongkok dan Indonesia, Jepang juga memiliki seni bela diri yang dikenal sebagai karate.
Nah, karate ini ternyata jadi salah satu jenis seni bela diri yang populer lho. Sampai-sampai, Hollywood pun menciptakan beberapa film yang bertemakan karate, seperti The Karate Kid (1984).
Wah, bagi mereka yang lahir tahun 80-an pasti pernah dengar franchise satu ini. Guna mengulang kesuksesan film bertemakan karate, sebuah seri yang didasarkan pada kisah latar yang sama akhirnya dibuat, yakni Cobra Kai (2018-sekarang)
Ceritanya sih hampir sama, yakni soal rivalitas dua jagoan karate yang bernama Daniel LaRusso dan Johnny Lawrence. Alih-alih melanjutkan persaingan dalam seri film The Karate Kid, rivalitas ini diturunkan pada anak dan murid-muridnya dengan dojo baru mereka masing-masing.
Baca Juga: Risma Jadi “Bawahan” Anies?
Hmm, mungkin nih, rivalitas antara LaRusso dan Lawrence ini juga terjadi di dunia politik Indonesia, yakni antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dua tokoh ini – meski satu partai politik – disebut-sebut kerap berseberangan lho.
Nah, kata pengamat politik Rocky Gerung, persaingan ini bakal diteruskan ke anak dan kadernya lho. Kalau Pak Jokowi memilih putranya – Wali Kota Solo terpilih Gibran Rakabuming Raka, Bu Mega bakal memilih Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini (Risma).
Kata Bung Rocky nih, Bu Mega sebenarnya udah nggak percaya sama Pak Jokowi karena dinilai tengah membangun dinasti politiknya sendiri dengan Gibran. Alhasil, Risma lah yang kini jadi semacam “anak emas” bagi Ketum PDIP tersebut.
Lagipula, sinyal Bu Risma untuk ikut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta juga menguat setelah blusukan di sejumlah sudut ibu kota. Selain itu, Bung Rocky juga menilai Jokowi bakal ingin membawa Gibran untuk bersaing di Jakarta juga.
Hmm, uniknya nih, nggak hanya di tingkat Jakarta, persaingan antara Gibran dan Risma ini disebut juga bakal terjadi lho di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Wah, bakal seru nih kader PDIP vs kader PDIP. Hehe.
Terlepas dari semua kemungkinan itu, bukan nggak mungkin juga dinamika politik pada tahun 2024 nanti bakal menarik nih – mengingat sejumlah partai politik mulai bermanuver untuk tahun politik tersebut. Mari kita nantikan sajalah “pertempuran” antara Bu Risma dan Mas Gibran. (A43)
Baca Juga: Gibran Ancam Internal PDIP?