Setelah beberapa kali tidak berjumpa, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dan Ketua DPR RI Puan Maharani akhirnya bertemu – meski hanya melalui kegiatan yang dilaksanakan secara virtual. Mungkinkah keduanya bisa “match” alias “cocok” hanya dengan bertemu secara virtual?
“Jika aku bukan jalanmu, ku berhenti mengharapkanmu. Jika aku memang tercipta untukmu, ku ‘kan memilikimu. Jodoh pasti bertemu” – Afgan, “Jodoh Pasti Bertemu” (2013)
Di dunia ini, ada tiga rahasia ilahi yang menjadi mister bagi setiap individu manusia, yakni rezeki, jodoh, dan kematian. Tidak ada yang tahu secara pasti akan kelanjutan dari tiga hal ini.
Namun, meski tiga hal ini menjadi rahasia ilahi yang kerap menjadi misteri, manusia diwajibkan untuk terus berusaha untuk mencarinya. Rezeki, misalnya, menjadi salah satu rahasia yang paling sering diupayakan untuk diungkap – misalnya dengan bekerja.
Selain rezeki, ada juga jodoh yang mungkin saat ini terbantu oleh kemajuan teknologi. Bagaimana tidak? Kini, kemunculan berbagai aplikasi perjodohan (dating app) semakin menjadi-jadi – setidaknya di negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-45.
Beberapa di antaranya adalah aplikasi Minder, Domble, Ketan, Badook, dan sebagainya. Di negeri ini, Minder menjadi salah satu aplikasi yang paling populer dan paling banyak digunakan.
Cara menggunakannya pun mudah. Hanya dengan memasang sejumlah foto diri dan mengisi data diri. Tentunya, pengisian data diri perlu dilakukan dengan hati-hati ya.
Ada beberapa mode pencarian juga di aplikasi tersebut, yakni mode dating, mode bff, dan mode paslon. Mode paslon ini menjadi mode terbaru yang tengah diuji coba oleh pihak pengembang Minder. Istilahnya adalah masih dalam masa beta.
Meski begitu, Minder mengizinkan beberapa penggunanya untuk mencoba mode tersebut. Beberapa di antaranya adalah Kak Ganjar dan Mbak Puwan yang ternyata keduanya match (cocok) dalam aplikasi Minder.
Singkat cerita, mereka pun akhirnya berbincang-bincang melalui fitur percakapan yang disediakan oleh pengembang aplikasi Minder. Akankah percakapan mereka berujung pada “match” yang sebenarnya di dunia nyata atau hanya berujung pada ghosting (menghilang tanpa kabar) seperti kebanyakan yang terjadi?
Baca Juga: Ganjar Pranowo di Negeri Jancukers
Kak Ganjar: Hey there!
Mbak Puwan: Hi there!
Kak Ganjar: How are you doing?
Mbak Puwan: Pretty awesome. Kemarin, aku habis lihat panorama Gunung Merapi. Susah move on dari itu sih.
Kak Ganjar: Hooh, kamu suka trip yang adventurous juga ya? Hobiku naik gunung juga lho. Paling susah itu dulu waktu naik ke puncak Gunung Merapi.
Mbak Puwan: Wah, aku belum pernah ke puncaknya. Bagus nggak tuh?
Kak Ganjar: Tergantuh sih, sama siapanya ke puncaknya. Aku sih berencana nyoba naik ke puncak Gunung Pilpres, gunung yang di sebelah Gunung Eprest.
Mbak Puwan: Eh, kok sama? Aku juga berencana gitu. Ya paling lambat tahun 2024 lah ya.
Kak Ganjar: Sama siapa? Aku sih berharapnya diajak temanku. Namanya Bu Mega. Eh itu di foto kamu ada dia. Dunia kecil ya ternyata.
Mbak Puwan: Lho, itu ibu aku. Ibu aku janjinya cuma sama akua ja. Kok ada kamu? Harusnya quality time…
Kak Ganjar: Lho, aku juga rencananya tanggal 2024, by the way. Gimana kalau kita barengan juga aja? Meet-up yuk sekalian ngomongin rencana naik gunung barengnya.
Mbak Puwan: (typing…)
Hingga kini, Mbak Puwan pun belum menjawab ajakan Kak Ganjar. Begitu juga, sebaliknya, Kak Ganjar juga ragu untuk mengajak bertemu (meet-up) lagi.
Bisakah percakapan virtual ini berujung pada “kecocokan” di dunia nyata? Lantas, bagaimana dengan orang-orang yang ternyata satu circle dengan mereka – seperti Bu Mega? Hanya mereka yang bisa menentukan. (To be continued…) [A43]
Baca Juga: Puan Perlu “Bertapa” untuk 2024?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.