“Honor is simply the mortality of superior men” – Henry Louis Menken, pewarta asal Amerika Serikat (AS)
Gengs, berhati-hatilah kita terhadap kepongahan yang akibatnya sangat fatal. Bahkan, saking bahayanya sifat ini, banyak sekali kesusastraan yang menjelaskan peristiwa buruk karenanya.
Misal nih, di Nusantara ada kisah Malin Kundang yang saat berkuasa justru malah merendahkan ibunya sendiri. Atau, ada juga kisah Si Pahit Lidah yang terpelosok akibat ulah liar lidahnya.
Bukan hanya di Nusantara, ada juga kisah soal kehancuran Lucifer yang memang kurang ajarnya nggak lagi terkira. Saking bahayanya sifat ini, industri film juga turut serta mengingatkan lho, cuy.
Kalian tahu Henry IV, ayahnya The King Henry V, itu kenapa bisa jatuh dan namanya tenggelam justru oleh anaknya sendiri? Ya, karena si Henry IV terlalu pongah dan bandel sekali.
Coba deh lihat aja film The King kalau nggak percaya. Kalian akan mendapati betapa raja yang angkuh, serta nggak mau menerima kritik dan masukan dari bawahan akan menimbulkan banyak kerepotan demi kerepotan. Ih, jangan sampai deh kita kena sifat pongah ini – lebih-lebih bagi para pemimpin publik.
Namun, apa boleh buat, nyatanya sifat pongah sudah menjalar juga di Indonesia. Ya, namanya juga manusia, ada yang begini dan ada yang begitu. Ada yang mau menerima kritik dengan senyum kerendahan hati dan ada yang justru membantah masukan meski ia salah, gengs.
Kalau masih statusnya rakyat sih mungkin bisa dimaklumi karena dampak yang ditimbulkan paling cuma setingkat tetangga-tetangga. Yang repot nih kalau pejabat publik – nggak hanya tetangga melainkan juga orang banyak kena getahnya.
Seperti yang ditunjukkan oleh Mumtaz Rais, politikus Partai Amanat Nasional (PAN) yang kemarin sempat cekcok dengan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nawawi Pomolango di dalam pesawat.
Kalau dilihat dari kronologinya sih memang Mas Mumtaz yang salah karena ia terlihat menggunakan ponsel ketika pesawat yang ditumpanginya sedang melakukan pengisian bahan bakar. Apalagi, Mas Mumtaz tush sebenarnya sudah ditegur lho, gengs, oleh awak pesawat – bahkan sampai tiga kali.
Namun, nyatanya ia nggak bergeming tuh. Akhirnya, ya mau nggak mau Mas Nawawi yang kebetulan juga satu pesawat langsung berdiri dan mengingatkan Mas Mumtaz. Eh, bukannya sadar, ia malah membantah. Sampai-sampai, terjadilah percekcokan antar keduanya.
Apa yang aneh dari kejadian tersebut tuh? Ternyata, Mas Mumtaz nggak tahu lho ia sedang berhadapan dengan siapa.
Sembari membentak, Mas Mumtaz dengan percaya diri menanyakan identitas Mas Nawawi sekaligus pangkat dan jabatan yang dimiliki. Biuh, ternyata doi sebelumnya nggak tahu berhadapan dengan siapa, cuy.
Sayangnya, ini negara, Mas, di mana semua sisi kehidupan diselenggarakan sesuai aturan. Lagian kan sudah jelas di UU Nomor 1 Tahun 2009 bahwa memang nggak boleh menggunakan alat elektronik saat penerbangan.
Ini juga hasil dari lanjutan larangan yang diterbitkan oleh FAA (Badan Penerbangan Federal AS) sejak 1991. Yang artinya, semua penerbangan di seluruh dunia juga menerapkan aturan tersebut, tanpa kecuali.
Masa Mas Mumtaz yang disebut-sebut bakal menjadi menteri di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru pertama kali naik pesawat dan nggak tahu aturan ini? Kalah dong sama mimin. Upsss.
Apa jangan-jangan ini bentuk kepongahan Mas Mumtaz ya, cuy? Duh, mimin nggak berani jawab ya, gengs. Mungkin, kita bisa bertanya ke para awak kabin yang kena semprot.
Kalau begini ceritanya, masih mungkin nggak ya Pak Jokowi mempertimbangkan beliau sebagai menteri? Jangan sampai lah ya Pak Jokowi marah-marah lagi kalau Mas Mumtaz beneran jadi menteri. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.