Site icon PinterPolitik.com

Mulan Jameela Perlu Tiru Bu Tedjo?

Mulan Jameela Perlu Tiru Bu Tedjo

Mulan Jameela sebelum mengikuti pelantikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024. (Foto: Antara)

“Negeri ini butuh banyak pemuda pencari solusi, bukan pemuda pemaki-maki” – Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat


PinterPolitik.com

Gengs, entah kenapa ya tradisi Nusantara nih selalu memberi banyak arti, mulai dari babagan kepemimpinan sampai persaingan strategi politik. Salah satu yang kerap dijadikan rujukan ya tentu saja kisah Punakawan, dengan Mbah Semar sebagai tokoh sentral.

Nah, kali ini mimin coba ambil satu tafsiran tentang kepemimpinan dari sosok tokoh pewayangan yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai representasi kebijaksanaan leluhur. Menurut Mbah Semar, seperti dikatakan oleh pujangga Jawa yang masyhur sekali, Ranggawarsita, terdapat enam rumus kepemimpinan politik yang baik dan berbudi. Aalah satunya yakni anganam anuntagi (menggunakan nalar sebagai problem solving).

Mimin mengambil kesimpulan bahwa kepemimpinan, mau eksekutif atau keterwakilan, harus memiliki intuisi yang komprehensif dan tidak boleh grusa-grusu alias gegabah. Ini penting lho dipahami biar pertimbangan tuh nggak hanya melulu pada satu aspek sehingga aspek yang lain dan lebih vital malah terbiarkan.

Seperti yang dialami oleh artis yang mendadak jadi politisi, Mbak Mulan Jameela, akhir-akhir ini. Penyanyi yang terkenal pernah berduet dengan Maia Estianty itu, kemarin bilang, “Pendapat saya jika benar Premium dan Pertalite dihapus, memungkinkan harga Pertamax diturunkan menjadi sama dengan Premium.”

Ya, di satu sisi, mimin sih apresiatif, minimal Mbak Mulan yang lama nggak kedengeran suara emasnya tuh akhirnya berani bersuara juga. Obat kerinduan para pencinta suara yang melengking di balik lagu “Wonder Woman”.

Lagian, agak ada benarnya toh kalau Mbak Mulan mengusulkan harga Pertamax diturunkan sepadan dengan harga premium. Secara, itu menyusul rencana Pertamina yang mau menghapus Premium dan Pertalite karena tergolong bahan bakar bernilai oktan di bawah 90.

Bayangin saja, gengs, kalau sampai jadi dihapus, dan kita beralih mengonsumsi Pertamax dengan harga sekarang yang agak mahal buat kantong anak muda seperti kita. Kayaknya, konsekuensinya adalah uang makan kita kepotong dehHiksso sad lah.

Namun di sisi lain, pendapatnya Mbak Mulan juga agak kurang tepat sih. Secara, mimin berpikir, selain alasan oktan di bawah 90, Pertamina juga memiliki motif normalisasi dompet perusahaan. Secara kan kita tahu, bahwa Pertamina tuh baru menderita kerugian besar.

Kembali ke Mbak Mulan nih, cuy, yang berusaha memberi solusi. Mending kalau memberi solusi mbok ya dipikir berkali-kali dahulu sebelum diucapkan. Soalnya lidah itu tak bertulang loh. Mulutmu harimaumu.

Lah wong Pertamina saja dalam semester pertama kemarin menelan kerugian lebih dari Rp 11 triliun. Ya, masa malah diminta harga Pertamax diturunkan sebagaimana harga Premium?

Kok kesannya jadi nggak tahu situasi dan kondisi gitu loh. Kalau kata Bu Tejo, jadi orang mbok ya sing solutif. Upsss. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version