“Election reminds us not only of the right, but responsibilities of citizenship in democracy” – Robert F. Kennedy, Senator Amerika
PinterPolitik.com
Sssttt, sebelumnya jangan kencang-kencang nih. Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko baru saja kembali berbicara. Kali ini, doi memberikan penjelasan terkait polemik yang ada di tengah Istana.
Nah, doi menjelaskan ancaman reshuffle atau perombakan kabinet yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sidang kabinet beberapa waktu lalu. Bahkan, pasti kalian pasti ingat dong bahwa Presiden Jokowi saat itu sampai mengatakan tidak segan mempertaruhkan reputasi politiknya demi kepentingan rakyat.
Behhh, pas awal mendengar, mimin serasa lumer, cuy. Yaa, tahu sendiri yaa, bangun reputasi politik itu tidak mudah. Butuh proses panjang, modal besar, dan kerja keras. Namun, sekali berbuat salah, hmm, habis boss pokoknya.
Atas kejadian itu semua, Pak Moeldoko menuturkan, di dunia militer juga dikenal upaya seorang pemimpin atau panglima dalam menghadapi situasi krisis. Menurut mantan Panglima TNI ini, Presiden Jokowi telah melakukan tindakan serupa.
Wah, memang nih yang namanya mantan seorang Panglima TNI, jiwa patriotis militernya selalu melekat. Bisa dilihat kan, melalui pengistilahan yang diungkapkan oleh Pak Moeldoko. Sampai-sampai sikap politik presiden saja tetap dianalogikan dengan istilah militer. Hehehe.
By the way, coba kalian perhatikan, tindakan Pak Moeldoko ini jika dilihat kok mirip seperti pihak yang mempunyai tugas sebagai yang meluruskan suatu hal yang lagi ruwet gitu ya.
Kalau mahasiswa mengenal Bung Karno melalui bukunya yang berjudul penyambung lidah rakyat, kali ini kita seakan disuguhkan momentum bahwa Pak Moeldoko ini bagaikan penyambung lidah Istana gitu. Upsss.
Mimin ngomong gini bukan tanpa alasan dong pastinya. Soalnya tidak hanya sekali ini doi mencoba meluruskan dan menyampaikan pesan tersirat dari istana dan presiden.
Seperti sebelumnya, ketika Presiden Jokowi mau menghidupkan kembali jabatan Wakil Panglima TNI melalui Peraturan Presiden (Perpress) Nomor 66 Tahun 2019. Untuk mengantisipasi munculnya opini liar di tengah publik, Pak Moeldoko langsung sigap dan meluruskannya bahwa posisi tersebut akan dijabat minimal seorang jenderal berbintang empat.
Selain itu ada lagi nih, yaitu ketika ada perubahan istilah dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berubah jadi new normal. Doi juga yang meluruskan bahwa, pada dasarnya, ini bukan berarti back to normal as before.
Sebenarnya, tidak masalah sih apa yang dilakukan oleh Pak Moeldoko ini. Namanya juga melakukan tindakan preventif agar meminimalisir gesekan. Bagus dong itu.
Tapi, coba deh kalian pikir sebentar, kok jadinya seperti juru bicara Istana atau presiden ya? Kan Pak Moeldoko jabatannya lebih dari itu, yakni Kepala Kantor Staf Presiden. Lagian nih, kan sudah ada Bung Fajroel Rachman sebagai Juru Bicara (Jubir) Presiden. Kasihan dong Bung Fajroel kalau pekerjaannya diambil Pak Moeldoko. Hehehe.
Tapi, ngomong-ngomong, Pak Moeldoko emang sering sih tampil mendampingi Presiden Jokowi. Mungkin, beliau ini semacam teman setia dari Pak Presiden kali. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.