“Main nok-nok bareng Presiden dan Gubernur” – Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat (Jabar)
Mendadak viral video Presiden Joko Widodo (Jokowi) main latto–latto atau nok-nok yang diunggah Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil pada akun media sosial Instagram miliknya.
Tampak dalam video tersebut, Jokowi bermain latto–latto setelah seorang anak memamerkan kemampuan bermain latto–latto lebih dahulu. Namun, Jokowi tidak bisa mengikuti trik bermain latto–latto yang dipamerkan oleh anak itu.
Meski demikian, aksi Jokowi bermain latto–latto itu mengundang gelak tawa masyarakat yang menyaksikannya karena terlihat presiden bermain asal-asalan berbeda dengan anak-anak yang lebih terampil dan mahir mengayunkan permainan itu.
Seperti yang diketahui, baru-baru ini permainan anak latto–latto tengah viral di berbagai media sosial terlebih di TikTok. Salah satu permainan tradisional ini banyak dimainkan oleh seluruh kalangan masyarakat – mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Anyway, permainan latto–latto ini merupakan mainan jadul (jaman dulu) yang sudah ada sejak awal tahun 1990-an. istilah atto–latto sendiri berasal dari Bahasa Bugis dan juga Makassar yang, artinya bunyi tabrakan dari dua bola-bola kecil.
Keseruan bermain latto–latto terletak pada irama bunyi mainan ini dan seberapa besar kehebatan kita dalam mengontrol mainan ini. Terdengar sangat mudah dimainkan bukan? Tapi, tunggu dulu. Ternyata tidak semudah yang kita pikirkan loh.
Kesulitan yang nyata terletak pada seberapa stabil tangan kita mengendalikan ritme dan irama saat bermain.
Sederhananya, ketika dua bola plastik padat berbenturan secara teratur, hal tersebut menyebabkan gelombang gaya bentur atau gesek sesuai hukum fisika dan menghasilkan energi yang sulit dikendalikan. Lantas, apa hubungan dengan politik?
Kebayang nggak sih kalau misal ada filosofi yang bisa kita tarik secara politik dari permainan latto–latto ini. Coba deh ingat-ingat. Pak Jokowi – layaknya latto–latto – beberapa kali membuat benturan-benturan politik.
Secara simbolik benturan itu bisa kita lihat dari sinyal-sinyal dukungan yang diperlihatkan kepada beberapa kandidat calon presiden (capres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang – seperti kepada Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan terakhir dengar-dengar juga merestui Erick Thohir.
Selain itu, kalau diperhatikan, Jokowi pandai memainkan ritme dari benturan-benturan itu – muncul pro-kontra layaknya gesekan seperti latto–latto. Mungkin, itu bagian dari efek siasat Jokowi.
Namun, apa sebenarnya tujuan Jokowi memainkan “latto–latto politik” itu? Lagi-lagi, ini kemungkinan berhubungan dengan strategi Jokowi untuk mengalihkan perhatian sehingga orang tidak fokus pada agenda sebenarnya yang mungkin masih disembunyikan.
Entah apakah itu agenda untuk mengusung seseorang atau ada agenda politik lain yang masih misteri, yang pasti kemungkinan latto–latto politik akan memecah konsentrasi para elite dan partai politik untuk menebak apa yang akan dilakukan Jokowi.
Well, mungkin Jokowi terlihat lucu memainkan latto–latto karena dianggap tidak mahir. Namun, jelas berbeda bila kita membahas “latto–latto politik” yang saat ini dengan lincah dimainkannya. Dalam konteks politik, bisa jadi Jokowi yang tertawa melihat orang tak menyadari permainannya. Hehehe. (I76)