“Maka jangan hiraukan kesempatan, tutup telinga dari kata menyakitkan,” – Isyana Sarasvati, Sikap Duniawi
PinterPolitik.com
Heboh. Mungkin itu kata yang bisa menggambarkan kondisi yang ada di kawasan Laut Natuna Utara saat ini. Bukan tanpa alasan kata itu bisa dianggap tepat buat mendeskripsikan kondisi yang terjadi, soalnya sekarang ini kapal-kapal asal Tiongkok tengah berada di perairan tersebut. Akibat dari hal itu, isu soal kedaulatan negeri ini jadi menyeruak.
Banyak pihak yang meminta pemerintah bertindak tegas atas langkah yang dilakukan negeri tirai bambu tersebut. Beberapa bahkan dengan menggeb u-gebu tak ragu untuk mengajak pemerintahan Beijing untuk perang dan saling beradu. Wah, sampai ada yang mau perang segala.
Sejauh ini, sudah ada pernyataan tegas dari pemerintah seperti dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Meski demikian, ada juga pejabat pemerintah yang memilih super hati-hati dalam merespons hal ini.
Salah satu tokoh yang amat berhati-hati itu adalah Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Menurut sosok jenderal bintang empat ini, sebaiknya semua pihak tidak perlu meributkan masalah pelanggaran kedaulatan oleh Tiongkok di Natuna. Ia sepertinya cukup khawatir kalau ribut-ribut soal kedaulatan ini bisa menganggu investasi, utamanya dari Tiongkok.
Waduh, kok bisa beda begini ya sikap antara Bu Retno dengan Pak Luhut? Bu Retno tampak begitu tegas tatkala menyangkut kedaulatan Indonesia. Sementara itu, Pak Luhut yang punya latar belakang militer justru memilih sikap yang super hati-hati dan malah mengaitkannya dengan investasi.
Sikap Pak Luhut ini jelas mengundang banyak respons dari pihak-pihak di luar pemerintahan. Salah satu yang ikut angkat suara soal Tiongkok dan investasi ini adalah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Kalau kata Bu Susi, idealnya kita tuh bisa membedakan yang mana sahabat, yang mana investor, yang mana pencuri. Masih kata Bu Susi, hubungan baik antar negara adalah karena saling menghormati.
Hmmm, kalau melihat ketiga klasifikasi tersebut, sikap Tiongkok seperti sekarang ini tergolong ke mana ya? Apakah masih bisa sepenuhnya dianggap sebagai investor? Apakah sikap Pak Luhut yang berhati-hati karena menyangkut investasi jadi langkah yang tepat?
Ya, belum tahu juga. Yang jelas sepertinya Pak Luhut memang cenderung terbuka untuk perkara investasi dari Tiongkok. Pak Luhut misalnya sempat mengakui kalau uang dari Tiongkok ini adalah uang yang gak ada Tuhannya. Tak hanya itu, ia juga sempat menawarkan proyek infrastuktur Indonesia ke negara tersebut.
Dari hal itu mungkin ada yang bertanya-tanya apakah ini yang membuat Pak Luhut kebagian perkara investasi di kementeriannya?
Ya gak ada yang tahu pasti. Yang jelas perkara kedaulatan idealnya juga tetap menjadi hal penting, meski ada investasi. Kita tunggu aja sikap pemerintah nanti akan seperti apa. (H33)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.