“Still not understandin’ this logic” – Bryson Tiller, penyanyi R&B asal Amerika Serikat
PinterPolitik.com
Untuk menangani semakin meluasnya pandemi Covid-19, segala upaya telah dilakukan oleh berbagai negara di dunia, gengs. Tidak terkecuali dengan Indonesia sebagai salah satu negara yang terdampak oleh si kecil Corona ini.
Kalau boleh menilai sih, kelihatannya memang pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai strategi, cuy, meski masih banyak kebijakan yang tumpang tindih dan gak jelas. Upsss.
Bahkan, kalau kita flashback, tidak sedikit yang mengatakan bahwa pemerintah sudah menyiapkan berbagai langkah, seperti dengan membangun rumah sakit khusus penanganan pasien Corona dengan total hampir seribu kamar tidur, cuy.
Yaa, meski tempatnya jauh banget sih. Bayangin coba. Rumah sakitnya ada di Pulau Galang, Kepulauan Riau gengs. Jauh banget kan? By the way and happy monday, kok pembangunannya di wilayah Kepulauan Riau ya, cuy? Kira-kira, menurut kalian, kenapa tuh gengs? Soalnya mimin merasa ada yang ganjal dan aneh seperti itu. Hmmm.
Pasalnya, hingga kemarin, data terbaru pasien positif Corona di wilayah Kepulauan Riau ada sebanyak 30 pasien positif dan yang sudah sembuh ada tujuh pasien. Kalau melihat kondisinya seperti itu, terus sisa kamarnya gimana, cuy?
Masa di-anggurin? Padahal, pembangunan rumah sakit tersebut sudah menelan biaya yang tidak sedikit loh, yaitu kurang lebih dari Rp 400 miliar, gengs. Behh, bayangin. Uang sebanyak itu kalau untuk beli masker, bisa tuh untuk memenuhi kebutuhan satu provinsi ya, cuy. Hadehh.
Yaa, bukan apa-apa sih, gengs. Kita harap sih pembangunan rumah sakit itu bukan untuk gaya-gayaan saja – alias pengen membuktikan kepada masyarakat dan dunia bahwa pemerintah Indonesia sanggup mencontoh Tiongkok yang membangun rumah sakit khusus pasien Corona dalam sekejap.
Kalau itu benar adanya, hadeeh, kok kayak anak kecil saja ya, gengs? Suka show off berlebihan begitu.
Yang menjadi poin utama sih gini, cuy, kok pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) semangat banget membangun rumah sakit tetapi di wilayah tersebut? Padahal, kita tahu ya, gengs, pusat keramaian di Indonesia itu ada di sekitar Pulau Jawa.
Maka dari itu, jika menggunakan perhitungan mudahnya, potensi penularan tertinggi ya di sekitar Pulau Jawa. Dan, saat ini terbukti, cuy, empat provinsi di Jawa menanggung beban pasien positif Corona terbanyak di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Kalau pasien yang ada di Pulau Jawa harus dibawa ke Pulau Galang terlebih dahulu untuk mendapatkan penanganan, behh, ya bisa-bisa di jalan keduluan “qoit” alias innalillahi, cuy, karena jaraknya yang jauh. Hadeuuhh.
Sebentar nih gengs, ada pertanyaan lagi sih yang ada di benak mimin. Apa ini jangan-jangan hanya ajang bagi-bagi proyek saja ya? Upsss, pasalnya, bukannya aneh banget tuh gengs, pemerintah Indonesia membangun rumah sakit tanpa kalkulasi matang secara aksesibilitas dan manfaatnya?
Kalau menurut perspektif utilitarianisme, ini sangat gak “gurih dan renyah” sama sekali. Kalau bahasa Jawa kerennya sih, “gak masuk blas bos.” Hmmm.
Hmm, kalau benar begitu, tolong lah bapak ibu pejabat yang terhormat, di tengah pandemi Corona seperti saat ini, jangan hanya memikirkan perut pribadi dan memikirkan proyek saja. Saat ini, negara pasti membutuhkan uang yang banyak untuk kebutuhan.
Terlebih, masyarakat bawah seperti kita ini kan banyak yang kehilangan pekerjaan. Pembangunan rumah sakit seperti itu kan menggunakan uang rakyat, cuy. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.