Site icon PinterPolitik.com

Menyoal Kemenag Batalkan Haji 2020

Menyoal Kemenag Batalkan Haji 2020

Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi ketika mengumumkan hasil Sidang Isbat pada 22 Mei 2020 lalu. (Foto: Antara)

Pilgrims bear witness at all the stations Lupe Fiasco, penyanyi rap asal Amerika Serikat (AS)


PinterPolitik.com

Membahas soal haji ini, mimin agak was-was sih sebenarnya. Secara, ini urusannya bukan cuma duniawi saja tetapiada unsur transendentalnya juga. Apalagi, kalau sudah menyentuh lembaga resmi pemerintahnya – dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag).

Haduh, pusing deh. Soalnya, meski guru ngaji mimin zaman dulu pernah bilang, “Jangan sampai mengambil keuntungan yang membabi-buta dalam urusan agama,” tetapi perilaku Kemenag justru dinilai kerap menimbulkan masalah.

Perisitiwa di tahun-tahun lalu juga mendukung penilaian itu, kan – mulai korupsi pengadaan bantuan sampai isi stok jabatan. Ini membuat tidak hanya manusia yang bingung, melainkan juga malaikat yang repot. Hehe.

Kembali lagi ke soal haji, Indonesia lewat Kemenag telah mengambil keputusan untuk meniadakan pemberangkatan ibadah haji tahun ini, cuy. Menyusul dengan keputusan itu, sebelum ditanya yang aneh-aneh soal duit haji tahun ini di-ke-mana-kan, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) langsung secepat kilat melempar pernyataan bahwa dana tersebut akan dimanfaatkan buat stabilisasi nilai tukar rupiah. Wow.

Sontak saja, rencana mengalihkan penggunaan uang itu segera mendapat sindiran dari banyak orang. Salah satunyadatang dari si kritikus handal di bidang ekonomi, yakni Rizal Ramli.

Begini kurang lebih kritiknya, “Bener-bener sudah kehabisan ide, Dana Haji dipakai untuk penggunaan berisiko support rupiah. Payah deh,” dalam akun twitter @RamliRizal. Wah, savage banget nih. Seakan-akan, haji ini jadi sapi perah rupiah. Apakah Menteri Agama (Menag) jadi bamper Menteri Keuangan (Menkeu) yang bingung cari uang?

Menurut mimin sih, memang pantas kok kalau orang lantas mengelus dada lihat perilaku Kemenag ini. Mimin saja nihsampai heran.

Padahal, dulu pas mimin ngaji, ustaz mimin bilang begini, “Uang untuk ibadah haji ini sakral. Pamali kalau dipakai untuk urusan lain”. Dan sekarang, jujur, mimin takut kalau pamali itu sedang mengintai kita (ya kali kita, Kemenag saja lah).

Benar sih kalau dilihat dari kronologi peniadaan ibadah haji tuh kayak ada yang janggal. Jadi, wajarlah kalau orang-orang berpikir seperti Pak Rizal Ramli, bahwa peniadaan ini jangan-jangan cuma akal-akalan pemerintah buat menutup rupiah yang tepar dan bukan sebab yang lain.

Lagian, pihak Arab Saudi kabarnya juga belum memastikan antara bisa atau tidaknya didatangi rombongan haji dari negara luar. Seharusnya, sebab urusan haji ini sangat sensitif, bisa kali para petinggi negara menahan diri agar tidak memutuskan sesuatunya sebelum ada kepastian dari pihak Arab Saudi.

Mbokyo, kalau mau bertindak apalagi mengenai hajat hidup orang banyak bermusyawarahlah dulu. Lha, kok malah Menag sebagai penanggungjawab nih belum musyawarah dengan lembaga negara yang lain – yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) – malah sudah serobot keputusan.

Sudah ya. Mimin cukupkan tulisan tentang haji ini. Gak tega, cuy, kalau membayangkan bagaimana perasaan orang-orang tua di kampung-kampung yang bertahun-tahun menaruh harap agar bisa segera mencium Kakbah di tahun ini. Mari kita berdoa semoga mereka bisa berangkat haji secepatnya. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version