“You play your cards, I reverse on you all” – Joyner Lucas, penyanyi rap asal Amerika Serikat
PinterPolitik.com
Menurut kalian, sepanjang sejarah proyek yang berkaitan dengan tetek-bengek multimedia, mana yang paling menghabiskan anggaran? Mungkin, kalian mungkin berpikir kalau Pirates of the Caribean: at World’s End (2007) yang menghisap uang Rp 4 triliun, Spider-Man 3 (2007) yang memakan biaya Rp 3,6 triliun, atau Foxtrot Six(2019) yang mengeluarkan kocek Rp 70,5 miliar bakal menjadi proyek multimedia termahal.
Ketahuilah, kisanak, kalian keliru. Sebab, ternyata, soal multimedia, tidak ada yang bisa menyaingi proyek video-video pelatihan dalam proyek Kartu Prakerja (mencakup semua kerumitannya juga) yang mampu menembus pemborosan di angka Rp 5,6 triliun. Wow banget kan, cuy?
Tapi, sebentar, kok dibilang pemborosan? Bukannya Kartu Prakerja ini bermanfaat buat mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang ahli di bidangnya ya?
Jawabannya, ya memang benar sih kalau dibilang Kartu Prakerja ini semata untuk kemanfaatan warga Indonesia juga. Hmm, itu kalau yang ngomong pejabat publik. Lha, kita kan bukan pejabat.
Jadi, menentukan manfaat atau tidaknya ya bukan dari kacamata proses pengambilan kebijakan, melainkan juga melalui kacamata masyarakat. Sekarang, mari cek apakah layak atau tidak proyek Kartu Prakerja ini disebut sebagai oase di tengah padang pasir. Asyeeek, sok puitis.
Pasalnya nih, ada kabar menarik nih. Tentu, teman-teman sebagian sudah dengar dongterkait cerita seorang CEO Gresnews Agustinus Edy Kristianto. Meski doi adalah seorang CEO portal berita, Agustinus ternyata lolos dalam seleksi Kartu Prakerja, cuy.
Waduh, terus sebenarnya model seleksinya gimana nih? Gak tepat sasaran banget ya, cuy, ibaratnya. Bahkan, ada lagi nih kabar unik. Walau doi gak menyelesaikan semua video tutorial yang ada, Agustinus ternyata tetap mendapatkan sertifikat pelatihan Kartu Prakerja, cuy.
Hal yang menjadi mengganjal menurut doi adalah yang menandatangani sertifikat itu bukan ahlinya, melainkan CEO Ruangguru, gengs.Hadeuh, ternyata seleksinya gak dipantau oleh ahlinya, cuy. Ibaratnya sih, kalau gini, useless banget ya.
Pantesan ya, gengs, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani bilang bahwa pengusaha belum mau menyerap lulusan sertifikasi Kartu Prakerja karena kondisinya ternyata seperti ini, cuy. Uppsss.
Setelah diamati, kok Kartu Prakerja ini kerap bikin masalah baru ya cuy. Kira-kira ini kelirunya dimana? Coba dievaluasi segera.
Nah, kalau ketidak-beres-an ada di sepanjang garis rantai kebijakan, maka silakan dihilangkan tuh biang keroknya. Bahkan, kalau biang kerok itu bersumber dari mitra yang tidak becus, ya mending segera diputus. Gakpapa kok, bisa cari yang lain, kan? Begitu kira-kira. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.