HomeCelotehMenyoal ‘Hadiah’ Trump untuk Jokowi

Menyoal ‘Hadiah’ Trump untuk Jokowi

“Kwop kilawtley” – Jacob Black, New Moon (2009)


PinterPolitik.com

Hubungan antarnegara memang selalu menarik diikuti. Apalagi, tidak dapat dipungkiri bahwa kerap terdapat kepentingan-kepentingan tertentu di balik senyum para pejabat dan diplomat yang saling bertemu.

Beberapa waktu lalu, misalnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menjalankan sejumlah kunjungan kerja ke sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia. Di negara kepulauan terbesar di Asia ini, Pompeo pun bertemu dengan sejumlah pejabat dan organisasi masyarakat (ormas).

Pihak yang ditemuinya pertama tentu adalah rekan sejawatnya, yakni Menlu Retno Marsudi. Selain Retno, Menlu AS itu juga bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Jelas saja, kan, Pompeo sempat langsung bilang tuh kalau beliau tidak sabar bertemu dengan mantan Wali Kota Solo tersebut – bahkan ketika baru saja tiba di Jakarta. Mungkin, Pompeo ini saking rindunya ya dengan Jokowi. Kan, keduanya juga pernah bertemu pada tahun 2018 silam.

Terlepas dari rindu atau nggak ya, pasti ada sejumlah isu penting yang harus dibahas antara kedua negara ini. Nah, salah satunya adalah perihal fasilitas perdagangan Generalized System of Preferences (GSP) dari AS.

Uniknya, setelah pertemuan Pompeo dengan Jokowi itu, pemerintahan Donald Trump di AS langsung tuh ngebikin kebijakan yang bisa dibilang sejalan lah ya dengan keinginan Indonesia – yakni perpanjangan pemberian fasilitas GSP. Wah, akhirnya Jokowi dapat hadiah juga nih dari Trump. Hehe.

Namun, kalau benar begitu, Indonesia batal dong jadi negara maju. Pasalnya, sebelumnya, United States Trade Representative (USTR) kan memasukkan Indonesia dalam daftar negara maju. Tujuannya sih ya biar negara kita nggak dapat fasilitas GSP berupa keringanan bea ekspor. Hmm.

Mungkin, keputusan terbaru dari USTR yang perpanjang GSP ini bisa lah ya menghapus “mimpi buruk” Jokowi soal hilangnya peruntungan Indonesia di balik surplus perdagangannya dengan AS. Hmm, mirip-mirip lah ya dengan hadiah dari Jacob Black kepada Bella Swan dalam New Moon (2000).

Baca juga :  Prabowo Bangun Nuklir, Dibantu Siapa?

Dalam film itu, Jacob memberikan hadiah berupa relik khas budaya komunitas asli Amerika yang disebut dreamcatcher. Nah, relik ini tuh disebut bisa menghapus mimpi-mimpi buruk yang dimiliki Bella lho. Baik banget ya si Jacob ini.

Ya, bukan nggak mungkin, hadiah itu pertanda bahwa Jacob ingin Bella memilihnya. Apa jangan-jangan AS memberikan hadiah ini kepada Jokowi juga agar tetap memihak ke negeri Paman Sam? Hehe.

Terlepas dari alasan AS sih, mungkin pemerintahan Trump juga perlu nonton Twilight Saga juga sih. Soalnya, selain Jacob, ada juga lho yang sayang dengan Bella – Edward Cullen namanya.

Mirip dengan cerita cinta segitiga Bella, Edward, dan Jacob ini, pola yang sama juga keliatan nih kayaknya antara Indonesia, AS, dan Tiongkok. Wah, kalau gitu, siapa ya yang bakal dipilih ya nanti?

Yang  jelas, semua itu kembali ke kebijakan Pak Jokowi lah. Apalagi, Ben Bland yang menulis biografi Jokowi pernah bilang kalau Tiongkok bisa memenuhi kepentingan ekonomi dan pembangunan ala mantan Wali Kota Solo tersebut lhoHehe. (A43)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?