Politikus Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan bahwa pengganti Presiden Joko Widodo (Jokowi) di masa mendatang adalah mereka yang memiliki suku kata “Noto Negoro” dalam nama mereka – bila mengacu ke ramalan dalam Serat Jangka Jayabaya yang diungkapkan Arief. Siapakah yang pantas menggantikan Jokowi?
Di sebuah daratan – beserta lautan di sekelilingnya – yang dikenal sebagai Nusantara di alternate universe Bumi-45, berdirilah sebuah kerajaan megah yang kaya akan sumber daya alam. Tidak hanya megah, rakyatnya pun dikenal sangat aktif bila mengekspresikan pendapat mereka – khususnya di dunia maya.
Namun, negara ini dilanda sebuah persaingan di antara para elitenya. Para house elite ini saling memperebutkan takhta raja yang berkuasa di daratan dan lautan Nusantara – setidaknya lumayan berkuasa di luar para oligark.
Terlepas Raja Jaka Widada yang masih berkuasa, mulai ada ramalan-ramalan yang tersebar soal siapa yang bakal meneruskan kekuasaan Jaka. Salah satu ramalan datang dari Mpu Yona yang kerap mengacu pada ramalan-ramalan raja-raja terdahulu – yakni Prabu Joyoboyo dari Kerajaan Kediri Kuno.
Menurut ungkapan Mpu Yona, pengganti Jaka nanti akan memiliki salah satu suku kata dari istilah “Nata Negara”. Orang-orang Nusantara alhasil menyimpulkan bahwa ada dua calon dari house tertentu yang memiliki nama tersebut, seperti house Hartarta dan house Pranawa.
Mendengar ramalan ini, para tokoh dari masing-masing house berkumpul dan mendiskusikan lebih lanjut. Mpu Yona akhirnya secara terpaksa menjamu kedatangan mereka.
Baca Juga: Mimpi Ganjar Butuh Keajaiban?
Rani: Saya ini yang bakal jadi Rani dari daratan lan segara Nusantara. Kenapa tiba-tiba Mpu Yona mengeluarkan ramalan yang tidak berdasar begitu?
Mpu Yona: Mohon maaf, Puan Rani. Saya ini hanya mengutip berdasarkan Serat Prabu Joyoboyo terdahulu.
Rani: Kan, mbah kung saya juga punya nama dengan suku kata itu. Bung Kusna namanya.
Prabawa: Lah, saya juga punya suku kata Nata Negara di nama saya, yakni Subianta. Berarti, saya masih punya kesempatan, kan, Mpu?
Mpu Yona: Hmm, tergantung. Prabu Prabawa apa tidak lelah berusaha untuk menggapai kekuasaan setiap lima tahun?
Anis Baswedan: Bagaimana dengan Bani Baswedan? Saya kira bani ini sudah lama memberikan sumbangsih bagi kemajuan Nusantara?
Mpu Yona: Mohon maaf juga, Mas Anis.
Angga Hartarta: House saya namanya Hartarta. Ada ta-nya. Berarti bisa, bukan?
Ganjar Pranawa: Saya juga. Meskipun house saya bukan house seperti yang lainnya, saya masih punya kesempatan bukan?
Mpu Yona: Hmm, sepertinya para prabu di sini juga salah paham. Yang saya maksud bukan prabu-prabu sekalian. Yang saya maksud adalah saya. Kan, nama saya Yona, ada na-nya.
Semua: Yaelah, padha wae mbujuk!
The End.
(A43)
Baca Juga: Airlangga Pilih Ganjar Sebagai Pendamping?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.