“Ambisi politik tentu wajar saja, selama pandai menginsyafi batasan etika” – Najwa Shihab, jurnalis asal Indonesia
PinterPolitik.com
Cuy, kira-kira apa yang akan kalian lakukan jika melihat benda atau hal yang tidak sesuai pada tempatnya? Secara logis, jika kalian bersikap secara positif, pasti akan berusaha untuk menempatkan kembali benda tersebut sesuai pada tempatnya ya.
Namun, berbeda lagi jika kalian ternyata tidak terlalu peduli terhadap hal tersebut. Yaa, pasti kalian akan acuh tak acuh alias easy going gitu lah.
Nah, saat ini, ada salah satu menteri yang menemukan kejanggalan seperti itu, cuy, yaitu Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa. Mungkin, karena doi kelihatannya peduli dengan Indonesia dan merasa ada yang janggal.
Jadi, ketika mempelajari dan melihat rancangan program kementerian melalui sistem e-planning yang bernama KRISNA, doi menemukan pengadaan motor trail dalam program Revolusi Mental, cuy. Coba deh kalian bayangin. Aneh gak sih?
Selain pengadaan barang dalam program revolusi mental tersebut, ternyata, keanehan lainnya juga dia temukan dalam program pengentasan stunting atau gizi buruk. Dalam program tersebut, ternyata ditemukan alokasi dana untuk perbaikan pagar puskesmas. Weleh-weleh, ini kok program yang dibuat aneh-aneh saja?
Hmm, siapa tuh yang mengajukan anggaran seperti itu? Dibuka saja deh biar mereka malu. Lagian aneh-aneh saja, mengajukan anggaran untuk program seperti itu.
Mungkin, Pak Suharso bisa tuh mencontoh aksi-aksi pembongkaran semacam ini yang pernah dilakukan rekan-rekan menteri lainnya. Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Keuangan Sri Mulyani misalnya pernah lho ngebongkarpenyelundupan motor juga.
Eh, sebentar nih, Pak Menteri. Coba deh pak duduk sebentar, dipikir secara mendalam. Hal aneh seperti ini kan tidak mungkin tanpa disengaja. Pasti ada tuh pihak atau oknum penerobos anggaran. Kalau sebutannya biasanya yaitu siluman-siluman penerobos budget. Upsss.
Kan gak mungkin tuh sebuah program aneh bin janggal, sampai masuk green book-nya Bappenas tanpa ada oknum pemain. Biasanya pihak seperti mereka memanfaatkan koneksi yang dimiliki untuk menggolkan proyek.
Nah, daripada bapak bingung mikirin hal tersebut, cari saja pak sponsor-sponsor proyek tersebut. Kalau memang perlu,dibuka saja ke publik siapa saja mereka dan dari departemen mana saja, biar malu mereka.
Mimin yakin Pak Suharso Monoarfa tidak mungkin asing kok dengan mereka. Terlebih, pihak Bappenas pasti familiar banget dengan oknum ini. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.