“Give the people what they want” – James Bond, Tomorrow Never Dies (1997)
Sejak umat manusia hidup di muka bumi, bahaya senantiasa datang dan mengancam keberlangsungan kita. Terkadang, manusia di zaman lampau kerap dibayangi oleh bahaya yang datang dari hewan pemangsa, penyakit, bencana alam, atau – bahkan – peperangan antarmanusia sendiri.
Seiring perkembangan zaman, ancaman pun berubah-ubah. Dengan perkembangan industri, misalnya, ancaman perubahan iklim dan kerusakan lingkungan turut menghantui umat manusia sebagai akibat dari aktivitas roda perekonomian yang nggak berkelanjutan.
Nah, dalam hubungan antara negara-bangsa, definisi ancaman pun terus berubah. Bila di zaman dulu ancaman kerap datang dari negara-bangsa lainnya, kini ancaman justru berasal dari kelompok-kelompok non-negara – bahkan juga dari hal-hal yang tak kasat mata seperti ancaman siber dan senjata biologis berupa virus.
Pada tahun 2000-2010-an, misalnya, muncul tuh kelompok-kelompok non-negara baru yang bergerak secara sembunyi-sembunyi, seperti Al-Qaeda dan Daesh. Intelijen dan pihak berwajib di banyak negara akhirnya aktif tuh mencari cara buat memerangi kelompok-kelompok ini – mulai dari mencari intel hingga melakukan pencegahan aksi teror.
Kini, ancaman baru justru bukan dari gerakan bersenjata, melainkan dari makhluk yang semakin “tersembunyi”, yakni Covid-19. Lha, gimana nggak? Virus satu ini terkadang menyelinap tanpa disadari. Bahkan, beberapa dari mereka telah berevolusi menjadi versi virus yang lebih mudah menyerang.
Maka dari itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS) merasa perlu tuh bertindak secara strategis dan taktis dalam melawan musuh tersembunyi satu ini. Bahkan, Pak Menkes bilang kalau Covid-19 – khususnya varian baru – ini layaknya teroris.
Baca Juga: Tugas Berat Budi Sadikin: Rangkul IDI
Katanya sih, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kini bertindak sebagai pihak yang mencari intel buat ngelawan teroris satu ini. Analogi inilah yang diungkapkan oleh Pak Menkes ketika menjalankan rapat bersama Komisi IX DPR.
Wah, keren uga nih. Mungkin, Pak BGS ini membayangkan dirinya beraksi layaknya James Bond dalam film yang akan dirilis di masa mendatang – No Time to Die (2021) – kali ya?
Di film tersebut, agen berkode 007 itu harus melawan musuh misterius yang kuat lho. Lha, gimana nggak? Musuh misterius ini diduga memiliki teknologi persenjataan yang canggih lho. Wah wah.
Untung aja Bond punya peralatan canggih juga tuh. Bagi mereka yang menggemari film-film 007, pasti tahu lah kalau mata-mata super ini – selain jago – juga didukung dengan teknologi yang mumpuni.
Hmm, kalau Bond punya peralatan canggih untuk menemukan dan mengalahkan musuh-musuhnya, Pak Menkes gimana ya caranya untuk mencari intel soal varian baru Covid-19 ini? Soalnya nih, dengar-dengar kemampuan Indonesia sebenarnya terbatas lho buat menemukan Covid-19 varian baru seperti yang dilakukan oleh Inggris.
Walaah, gimana nih, Pak BGS? Singapura saja kemarin dikabarkan sudah mendeteksi lho. Ya, mungkin, salah satu jalan untuk Indonesia ya akhirnya hanya membatasi potensi masuknya varian baru Covid-19 – seperti yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dengan melarang WNA masuk. Hmm.
Tapi, ngomong-ngomong nih, kalau Pak Menkes menganggap varian baru Covid-19 sebagai musuh, gimana dengan sikap Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto atas dugaan mata-mata seaglider atau drone asing yang kemarin sempat ramai? Masa Pak Prabowo hanya bilang agar publik nggak usah berpolemik lagi nih? Hmm. (A43)
Baca Juga: Misteri Efikasi Vaksin Sinovac