“Yang terbesar dari kebodohan adalah mengorbankan kesehatan untuk jenis lain dari kebahagiaan” – Arthur Scopenhauer, filsuf asal Jerman
Gengs, sebelum lebih jauh bercerita, di sini ada yang penggemar sepak bola? Kalau ada, tahu klub Chelsea kan? Nah, mimin mau cerita bentar nih.
Jadi, saat pertandingan Chelsea melawan West Ham di Stamford Bridge pada 11 Desember 2016, ada kejadian di mana pemain memberi instruksi ke pelatih. Tentu, ini nggak wajar dong karena umumnya kan pelatih yang seharusnya memberi instruksi pemain.
Adalah si bengal Diego Costa yang bikin hari itu dicatat sebagai ‘hari saat pemain berhasil membuat pelatih sadar akan kesalahannya’. Dalam dunia sepak bola, kelakuan Costa terhadap pelatih Chelsea saat itu, Antonio Conte, biasa aja.
Sudah banyak cerita dari banyak tim. Ada banyak kasus dan fenomena serupa dalam dunia sepakbola, seperti konflik Fergie vis-a-vis Keane, kasus Anelka, dan sebagainya.
Namun, yang bikin cerita Costa lebih istimewa, kejadian itu dilakukan di saat bola masih berjalan di sekitar menit ke-70. Chelsea yang kebingungan mendobrak pertahanan West Ham butuh daya gedor saat itu.
Makanya, Costa langsung ke pinggir lapangan terus teriak ke Conte, “masukkan Fabregas.” Jelang beberapa waktu, Fabregas pun dimasukkan dan langsung terciptalah gol.
Padahal kalau dilihat skuatnya, Fabregas kurang garang sih dibanding nama-nama bangku cadangan. Tapi, ya mau gimana lagi? Lha wong nyatanya keinginan Costa lebih jitu daripada planning Conte kok.
Nah, kisah itu memberi gambaran kepada kita bahwa terkadang keputusan pimpinan itu kurang jitu. Sementara itu, ternyata suara dari orang luar, baik pimpinan tapi beda wilayah atau memang bawahan, itu terkadang sakti lho. Seperti itulah moral value yang bisa mimin sampaikan.
Sekarang, coba mimin pakai analogi tersebut pada kasus yang menimpa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait kebijakannya soal pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid kedua (atau total).
Keinginan Pak Anies untuk kembali memberlakukan PSBB tersebut ternyata mendapat banyak tekanan bahkan protes dari beberapa jajaran menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi). Rata-rata dari mereka mengawatirkan bahwa kebijakan ini bakal memengaruhi lini-lini ekonomis.
Misalkan nih, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menaruh ketakutan pada sektor indeks harga saham gabungan (IHSG) yang pasti bakal kacau kalau tiba-tiba agenda ekonomi yang sudah mendadak terhenti oleh PSBB ini.
Selain Menko Perekonomian, kekecewaan juga terlihat dari Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto yang sangat sedih saat membayangkan bahwa jalur distribusi bakalan ruwet andai PSBB jadi diterapkan.
Hadeh, kalau mimin pikir-pikir memang ada benarnya juga yang disampaikan oleh menteri kabinet. Memang wajar sih bila para menteri di bidang ekonomi itu langsung was-was karena Indonesia memang di ambang jurang resesi.
Namun, ngomong-ngomong, kalau diteliti secara mendalam, justru Pak Anies ada benarnya juga. Situasi kesehatan masyarakat disebut-sebut semakin parah lho.
Kalian bayangin aja. Apa guna punya banyak uang kalau kalian hanya bisa tiduran menahan sakit sekujur badan? Nggak ada nikmat-nikmatnya cuy. Itulah mengapa Pak Jokowi juga bilang kalau perlu juga memperhatikan aspek kesehatan.
Bahkan, kalau kalian tahu, Pak Airlangga sebenarnya juga pernah bilang kok bahwa penanganan Covid-19 harus satu suara. Yang jelas, Covid-19 ini adalah lawan kita semua bersama – baik dari sisi kesehatan masyarakat maupun perekonomian. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.