Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengunggah sebuah video di akun Instagram miliknya yang berisikan janjinya untuk melakukan renovasi atas rumah dari salah satu warganya. Apakah ini kegiatan “bedah rumah” yang rutin dilakukan oleh Ganjar?
“Mari kita bekerja. Bedah rumah mereka. Jadikanlah istana. Buat mereka bahagia,” begitu suara nyanyian yang terdengar ketika segerombolan manusia mendatangi sebuah rumah yang terletak di Jawa bagian tengah – sebuah wilayah bagian dari negeri Nusantara di alternate universe Bumi-45.
Mulanya, semua berjalan sesuai rencana. Kak Ganjar sebagai host (pembawa acara) dari serial televisi “Bedah Rumah” mendatangi sebuah keluarga yang membutuhkan bantuan renovasi rumah seperti biasa yang ia lakukan.
Namun, dalam episode satu ini, ada satu hal yang berbeda. Kak Ganjar pun terkejut ketika dirinya mendatangi rumah satu ini. Rumah ini disebut sebagai Rumah Banteng – mungkin karena banyak peliharaan banteng di rumah ini.
Lantas, mengapa Kak Ganjar sampai terkejut bila kegiatan “bedah rumah” ini sudah menjadi kebiasaan baginya? Ternyata, oh, ternyata, persoalan Rumah Banteng ini tidak hanya terletak pada bagian fisiknya saja, melainkan juga pada bagian kerukunan rumah tangganya.
Kak Ganjar: Ini kenapa lantainya kok nggak di-plester? Apa perlu pakai baliho saja untuk alas lantainya? Kemarin, saya lihat ada banyak bertebaran di mana-mana.
Mbak Puwan: Heh, ngawur aja. Baliho-baliho itu penting, supaya bisa menyampaikan pesan-pesan melalui medium komunikasi yang ada.
Bu Meg: Jangan baper. Jangan mager.
Kak Ganjar: Untung nggak mager saya, Bu. Ini saya rajin bedah rumah-rumah orang.
Mbak Puwan: Hmm, tapi sepertinya mager buat menyambut, eh, maksud saya ketemu saya.
Kak Ganjar: Sepertinya ada yang baper ini. Ya sudah, mari kita mulai saja bedah rumahnya ini.
Mbak Puwan: Tunggu dulu. Saya juga bisa bedah rumah ini sendiri.
Bu Meg: Hmm, sepertinya yang dibedah bukan hanya bangunannya nih, tapi juga kerukunannya. ☹
Perdebatan pun masih berlanjut. Sejumlah tetangga yang mendengar pun menyarankan agar Kak Ganjar dan Mbak Puwan untuk saling bekerja sama saja dalam menjalankan kegiatan bedah rumah tersebut.
Bisakah Rumah Banteng melakukan “renovasi” yang berarti bila kerukunan rumah tangga mereka tidak terwujudkan dalam harmoni? Apakah ini yang dibilang banyak orang soal “material” bedah rumah yang hanya tampak baik di luar tetapi tidak kokoh di dalamnya? (A43)