Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menilai bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024 yang dipimpin oleh Puan Maharani berpotensi menjadi DPR dengan kinerja terburuk dalam masa Reformasi karena hanya menghasilkan dua produk undang-undang (UU) selama dua tahun awal masa periode. Mengapa DPR era Puan malah ‘mandul’?
Dear “Klub” DPR,
Saya bingung mau mulai dari mana. Kira-kira, dari mana saya harus mulai? Mungkin, saya bisa mulai dari kisah di mana seorang rakyat memilih bapak-bapak dan ibu-ibu pada 17 April 2019 lalu – dengan harapan akan adanya perubahan bagi masyarakat secara luas.
Namun, kisah saya sedikit berbeda. Saya memiliki harapan besar kepada Arsenal – maksudnya tim DPR – karena sebelumnya lembaga ini punya “striker–striker” andal, seperti Fahri Hamzah dan Fadli Zon. I mean, siapa yang nggak ikut menggebu-gebu mendengarkan kritik mereka pada periode 2014-2019.
Seiring berjalannya waktu, saya semakin mengenali dunia politik, dunia parlemen; dan saya pun “jatuh cinta”. Dalam benak saya, saya berkata, “Ini bukan lagi soal politisi siapa yang jago melontarkan kritik, melainkan soal bagaimana pentingnya sebuah parlemen.”
Kita memang melalui berbagai macam hari – hari baik, hari buruk, atau hari beruntung. Dalam hari-hari ini, dunia parlemen menunjukkan arti yang dalam. Namun, beberapa tahun ini, saya tidak lagi merasakan hal yang sama. The game feels different now.
Seiring berjalannya waktu, DPR mulai berubah. Dari jumlah gol yang bisa mencapai 16 undang-undang (UU) di dua tahun awal periode 2014-2019, kini berubah hanya menjadi empat gol UU di periode sekarang.
Baca Juga: Ketika Megawati Bicara Blusukan Puan
Ke mana perginya gol-gol indah tersebut? Selain itu, kita juga mulai kehilangan sejumlah UU dan menggantinya dengan satu UU besar yang disebut sebagai omni-… (mungkin saya tidak perlu menyelesaikan kalimat ini).
Saya ingat di suatu malam, saya berharap dan berdoa agar tim DPR yang senantiasa saya dukung ini dapat menghasilkan gol-gol UU yang berarti – seperti Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual (P-KS) dan Revisi UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). I was legitly crying that night.
Mungkin, tim DPR ini bahkan tidak tahu bahwa saya ini eksis. Apa yang dilakukan tim ini terhadap perasaan para fans rakyatnya sangatlah unacceptable – apalagi saat banyak demonstrasi terjadi untuk memprotes berbagai RUU yang kontroversial.
Terima kasih. Ini adalah akhir dari sebuah era untuk dukungan terhadap Arsenal – eh, maksudnya tim DPR.
Adios,
Itohan si Penggemar DPR.
(A43)
Baca Juga: Puan Tidak Serius Kritik Jokowi?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.