“Where are you now that I need ya? Couldn’t find you anywhere” – Justin Bieber, penyanyi asal Kanada
PinterPolitik.com
Gengs, ingat saat dulu di bangku dasar pernah dicerita-in tentang ajudan Aji Saka yang rela bertempur untuk menjalankan titah sebagai murid nggak? Alkisah, Aji Saka – begawan yang identik dengan asal muasal aksara Jawa – memiliki dua murid yang bernama Dora dan Sembada.
Suatu hari, Aji Saka hendak pergi merantau. Karena bakal lama, dititipkanlah padepokan beserta pusakanya kepada salah satu murdinya, Sembada, sedang Doha diajak mengembara.
Hingga tibalah Aji Saka dan Doha di wilayah Medang Kamulun yang saat itu dipimpin Prabu Dewata Cengkar – raja yang culas dan penindas. Singkat cerita, si Aji Saka bertempur sama si Prabu.
Duel seru itu dimenangkan secara magis oleh Aji Saka. Setelah jadi raja, Aji Saka mengutus Doha untuk menemui Sembada dalam rangka meminta pusaka yang dititipkan kepadanya. Si Sembada gak mau dong, secara dia dibilang hanya boleh menyerahkan pusaka apabila Aji Saka yang mengambilnya.
Si Doha juga memaksa, soalnya titah guru harus dilaksanakan. Bertempurlah mereka, sampai keduanya meninggal dunia. Aji Saka sedih dan menyesal. Akhirnya ia membuat prasasti berupa aksara Jawa buat mengenang keduanya.
Begitulah kisah zaman nenek moyang. Apa yang bisa kita ambil, gengs? Ya banyak sih. Tapi, yang paling pas sama pembahasan adalah pemimpin harus jelas dan jangan setengah-setengah kalau ngasih perintah.
Ini penting diperhatikan, cuy, terutama bagi Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Ida Fauziyah yang menerbitkan surat edaran Menaker Nomor M/6/HO.00.01/V/2020 yang semakin gak jelas arah ketegasannya. Dalam edarannya itu, Bu Menteri menganjurkan ada dialog antara pengusaha dan pekerja soal pencarian dana tunjangan hari raya (THR).
Coba dipikir deh, gengs. Masa aktor penting negara ini mainnya kayak wasit lempar dadu?
Ini kalau dilihat pakai mata telanjang, seakan gak ada soal. Tapi coba deh kita memahaminya dari perspektif kultur dan sosial. Nih, gengs, sudah dari dulu, kalau THR itu jadi kewajiban pengusaha yang harus dibayarkan sebelum 7 hari menuju lebaran.
Lagian, di peraturan pemerintah tentang pengupahan sudah diatur demikian kan? Ditambah lagi, kalau misal ada dialog, siapa kira-kira yang dirugikan? Ya, pasti pekerja.
Meski Bu Menteri bilang, “Proses dialog tersebut dilakukan secara kekeluargaan. Dilandasi dengan laporan keuangan internal perusahaan yang transparan dan itikad baik untuk mencapai kesepakatan,” tapi tetap saja kalau ada dialog ini pekerja pasti bakal diam. Ampun bos. Hadeuhh.
Nah, jadi, mending Bu Menteri berikan arahan yang jelas dong. Jangan sampai pekerja dan pengusaha di meja rapat pada berantem kayak muridnya Aji Saka.
Ya, kalau Bu Menteri bingung, mending konsultasi sama partainya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang punya semboyan Lahir Bathin. Masa dengan semboyan itu masih tidak juga mengerti harus ngapain sih?
Setidaknya, pahami kebatinannya pekerja lho, Bu. Apalagi, PKB kan juga punya motto “Membela yang Benar”. Pasti tahu harus menjalankan kebijakan yang seperti apa.
Please, sekali ini aja deh PKB nampakin wajahnya di dalam kabinet, secara mimin sudah lama gak lihat sepak terjang partai lebah ini – lebih-lebih pada saat pemerintahan kena hantaman. Masa sudah dapat peringkat Pemilu yang memuaskan dan duduk di kursi kabinet yang lumayan empuk masih ciut buat unjuk gigi sih? Upsss. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.