Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani beberapa waktu lalu menyinggung soal kehadiran kandidat calon presiden (capres) yang mendapatkan perhatian karena berparas ganteng (good looking). Siapa sebenarnya capres ganteng yang disinggung Puan?
“I was busy thinking ‘bout boys. Boys, boys. I was busy dreaming ‘bout boys. Boys, boys” – Charli XCX, “Boys” (2017)
Pernah nggak sih kalian punya kriteria tertentu untuk calon-calon pasangan kalian? At least, kalian punya tipe tertentu dong ketika ber-swiping ria di aplikasi-aplikasi pencarian jodoh (dating apps).
Biasanya, tipe-tipe ini menentukan siapa-siapa saja yang kalian anggap good looking. Ya, sebenarnya, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia menyukai hal-hal yang indah.
Berdasarkan tulisan dari Lance Hosey yang berjudul Why We Love Beautiful Things, ada alasan tertentu yang membuat manusia menyukai hal-hal indah. Studi-studi pemindaian otak menunjukkan bahwa hal-hal yang menarik (attractive) mendorong bagian motorik otak kecil (motor cerebellum) untuk menggerakkan tangan guna menggapai hal indah tersebut.
Secara otomatis, manusia pun selalu menginginkan hal yang cantik dan indah. Bukan tidak mungkin, hal indah ini turut menggerakkan tangan manusia ketika memilih calon pemimpin – misal dalam pemilihan umum (pemilu).
Mungkin, dalam psikologi, kecenderungan ini juga bisa disebut sebagai halo effect. Efek ini merupakan bias kognitif yang membuat pikiran memiliki kecenderungan untuk menilai kualitas seseorang berdasarkan penampilan fisik.
Hmm, pantas aja kalau Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani menyinggung soal ini. Beberapa waktu lalu, Mbak Puan menyindir soal adanya sosok calon presiden (capres) yang mendapatkan dukungan karena hanya memiliki kualitas “ganteng”.
Wah, kira-kira, siapa ya yang dimaksud oleh Mbak Puan? Bingung juga sih. Pasalnya, hampir semua dari mereka-mereka yang disebut jadi capres potensial juga laki-laki. Jadi, siapa nih yang dimaksud sama Mbak Puan?
Mungkin, Mbak Puan ini udah belajar kali ya soal mengapa manusia secara alami lebih tertarik kepada hal-hal yang dianggap indah. Itulah kenapa Mbak Puan bisa menyindir secara elegan seperti itu.
Namun, terlepas dari itu, semua-semua kembali lagi ke kualitas utama dari seorang individu – misal soal kemampuan dan sifat dari orang tersebut. Meskipun ketemu yang cantik atau ganteng di dating apps, semua kembali soal cocok apa tidaknya juga kan ketika meet-up.
Begitu juga dalam pemilihan presiden (pilpres). Masyarakat pun perlu menilai para kandidat berdasarkan kemampuan dan program kebijakan mereka. Bukan begitu? (A43)