Sebuah video viral menunjukkan tentara-tentara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) yang mengantre untuk membeli siomay dan batagor khas Bandung, Jawa Barat (Jabar). Mungkinkah Presiden AS Joe Biden mengikuti jejak tentara-tentaranya?
“Semoga mereka gak sakit perut yaa karena belum terbiasa dengan makanan Indonesia yang relatif memiliki cita rasa pedas” – @RandomWorldWar
Sudah menjadi pandangan biasa kalau kita melihat influencer atau content creator seperti Nex Carlos memutuskan untuk mencoba makanan yang dijual oleh pedagang-pedagang kaki lima (PKL). Mungkin, kita hanya berucap dalam hati, “Ah, next bisa tuh kita coba-in apa Nex Carlos coba-in.”
Namun, pemandangan menjadi unik apabila yang membeli jajanan-jajanan ala PKL justru warga-warga negara asing. Akan menjadi semakin unik lagi kalau yang ternyata pembelinya adalah tentara-tentara asal negara lain yang datang mengantre berbondong-bondong untuk membeli siomay dan batagor khas Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Pemandangan unik inilah yang ditampakkan oleh akun Twitter @RandomWorldWar dalam foto-foto unggahannya pada Selasa, 10 Januari 2023, lalu. Di foto-foto itu, tampak tentara-tentara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) atau US Army mengantre sembari tersenyum dan tertawa mencoba siomay dan batagor yang notabene pedas.
Untung aja, bule yang datang bukan Dave Jepchott alias Londokampung ya. Bisa-bisa, malah tukang siomay atau batagornya yang kena prank. Kaget nggak tuh kalau ada bule yang bisa ngomong Bahasa Jawa dan suka makan makanan khas Indonesia?
Namun, tahu nggak sih kalau nggak jarang orang-orang Amerika – atau negara-negara Barat lainnya – suka makanan-makanan Asia? Banyak sih tapi ternyata kebanyakan dari mereka suka makanan-makanan Asia yang mereka udah kenal – seperti makanan-makanan khas Jepang (semacam sushi dan ramen), khas Thailand (seperti tom yum), atau khas Korea (seperti ramyun dan odeng).
Hmm, emang-nya Indonesia bisa ya punya budaya dan kuliner yang bisa dikenal oleh negara-negara luar seperti Thailand, Korea, dan Jepang? Bisa dong. But, gimana ya caranya?
Nah, ini nih yang kurang optimal dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Namanya adalah diplomasi publik. Mengacu pada tulisan Joseph S. Nye yang berjudul Public Diplomacy and Soft Power, diplomasi semacam ini dilakukan agar negara bisa mendapatkan soft power – yakni sebuah kekuatan agar bagaimana negara A bisa membuat negara B memiliki keiniginan yang sama.
Hmm, gimana caranya tuh? Nah, kata Pak Nye nih, ada beberapa sumber soft power. Salah satunya adalah melalui budaya yang dikenalkan kepada dan disukai oleh masyarakat negara lain.
Nggak heran kalau ternyata negara-negara seperti AS memiliki soft power yang besar. Negeri Paman Sam memiliki berbagai produk budaya yang disukai oleh masyarakat di berbagai belahan dunia – mulai dari musik, film, hingga kuliner seperti McDonald’s dan Starbucks.
Hmm, kan, Indonesia punya beberapa makanan yang diklaim sebagai terenak di dunia – seperti rendang dan nasi goreng? Iya sih, tapi perlu effort juga tuh supaya makanan-makanan ini lebih dikenal secara luas.
Kalau tentara-tentara US Army aja bisa suka dengan siomay dan batagor, harusnya masyarakat AS secara luas juga punya kemungkinan untuk suka juga dong. Hmm, gimana nih, bapak dan ibu pengambil kebijakan diplomasi? Menarik nggak tuh kalau punya kebijakan lebih sistemik untuk diplomasi publik?
Siapa tahu, kan, Indonesia nanti bisa menggunakan makanan untuk upaya diplomasi yang lebih signifikan – misal kalau ingin mendamaikan Ukraina dan Rusia? Siapa tahu juga kalau nanti ternyata Presiden AS Joe Biden bisa kayak Presiden AS Barack Obama yang suka bakso, nasi goreng, dan sate? Hehe. (A43)