“After all, He-Who-Must-Not-Be-Named did great things. Terrible! Yes, but great” – Garrick Ollivander, Harry Potter and the Sorcerer’s Stone (2001)
Siapa yang nggak pernah nonton seri film Harry Potter? Sebagian besar dari generasi milenial pasti pernah mendengar. Bahkan, nggak sedikit dari mereka malah menjadi penggemar setia.
Kisah Harry Potter yang berasal dari seri novel karta J.K. Rowling ini pun sampai dibuat ke dalam sejumlah game lho. Sebuah universe yang bernama Wizarding World yang berisikan film dan game pun dibuat.
Terlepas dari universe ini, ada satu tokoh di seri Harry Potter yang unik lho. Bahkan, namanya pun tidak boleh disebutkan lho. Waduh, kalau kita sebutkan di sini kira-kira aman nggak ya? Hehe.
Ya udah deh, kita sebutkan aja. Namanya adalah Voldemort – antagonis utama dalam seri Harry Potter. Si Voldemort ini kerap diidentikkan dengan sihir kegelapan lho.
Saking ditakutinya nih ya, Voldemort ini hanya disebutkan dengan sejumlah julukan tanpa menyebutkan namanya, yakni He-Who-Must-Not-Be-Named atau You-Know-Who. Katanya sih, kalau namanya disebutkan langsung, bahaya bisa aja datang menyertai.
Nah, sepertinya nih, apa yang terjadi di Wizarding World ini juga terjadi nih di dunia nyata. Pasalnya, seorang guru baru saja dimarahi karena menyebutkan nama seorang politikus dalam soal ujian yang dibuatnya.
Baca Juga: Megawati’s Gambit: dari Risma hingga Gibran
Sukirno – guru di SMPN 250 Cipete Utara, Jakarta Selatan – akhirnya dipanggil tuh oleh Komisi E DPRD DKI Jakarta. Sampai-sampai, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi ikut memarahi dan mempertanyakan tindakan guru satu ini.
Uniknya nih, esai dalam soal itu dinilai berbau politis lho. Hmm, untung aja bukan bau amis benih lobster. Hehe.
Ya, gimana nggak, bro? Guru tersebut membuat soal yang menyebutkan nama-nama seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hingga Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri.
Nah, Pak Prasetyo ini sampai bilang gini lho, “Apa yang di otak bapak gitu? Tahu nggak Megawati siapa?”. Waduh, kasihan dong pak guru. Padahal nih, guru itu pahlawan tanpa tanda jasa.
Hmm, emang-nya salah ya, Pak, kalau menyebutkan namanya Bu Mega? Mungkin nih, Bu Mega ini seperti Voldemort kali ya. Apa iya Bu Mega mau dipanggil sebagai She-Who-Must-Not-Be-Named? Hmm.
Ya, terlepas dari itu, emang sih isu-isu politis jangan sampai memengaruhi siswa-siswi yang masih duduk di bangku sekolah. Kasihan nanti kalau mereka malah hanya jadi korban polarisasi politik. Ckckck. (A43)
Baca Juga: Tangis Percuma Megawati untuk PDIP