Puan Maharani sepertinya sedang dipusingkan dalam memilih pasangan di Pilpres 2024 nanti. Internal dan elite PDIP belum tentu menyetujui nama-nama yang ada. Sebagai solusi, apakah Puan perlu maju bersama Megawati Soekarnoputri di Pilpres 2024?
Upaya pencalonan Puan Maharani di kontestasi pemilihan presiden (pilpres) sebenarnya sudah lama dilakukan. Dalam pengamatan penulis, upaya ini mulai tercium pada tahun 2011 lalu. Ini misalnya terlihat dari pernyataan terbuka Sekretaris PDIP Jawa Tengah saat itu, Agustina Wilujeng.
“Banyak kelebihan yang dimiliki Mbak Puan sehingga dia layak menjadi calon presiden untuk merebut posisi kepala negara,” ungkap Agustina pada 5 Januari 2011.
Setelah nama Joko Widodo (Jokowi) menjadi tidak tergantikan pada dua kontestasi pilpres terakhir, Pilpres 2024 tampaknya menjadi momentum Puan untuk maju. Sejauh ini setidaknya ada empat nama yang diisukan menjadi pasangan sang Ketua DPR RI.
Pertama, ada nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Setelah hubungan Gerindra dan PDIP terlihat renggang sejak Pilpres 2014, masuknya Prabowo ke koalisi pemerintah tampaknya telah mengembalikan hubungan hangat keduanya.
Kedua, ini cukup menarik karena muncul nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Usulan ini misalnya dikeluarkan oleh politisi senior PDIP Effendi Simbolon pada 1 Juni 2021. Menurutnya, duet ini berpeluang mendapatkan suara maksimal karena Anies memiliki kantong suara dari golongan religius, sementara Puan dari golongan nasionalis.
Ketiga, setelah dilantik menjadi Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa santer diisukan mendampingi Puan di 2024. Sinyal majunya duet ini dapat kita lihat dari kemunculannya dalam berbagai lembaga survei.
Keempat, ini cukup kontroversial karena dimunculkan nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Menurut politisi senior PDIP Saleh Ismail Mukadar, pengusungan Ganjar-Puan berawal dari kegelisahan karena melihat gesekan kader partai di akar rumput kian meningkat dan tajam.
“Dua-duanya kader kami, kalau terjadi gesekan kan yang rugi kami sendiri dan yang untung orang lain,” ungkap Saleh pada 9 Februari.
Well, kalau kita berbicara kemungkinan Puan maju, ia dapat dikatakan sebagai kandidat yang paling potensial untuk berlaga. Pasalnya, hanya PDIP yang memiliki tiket untuk mengusung kandidat tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain.
Masalahnya mungkin tinggal satu, yakni siapa sosok yang mendampingi Puan? Keempat nama tersebut tentu potensial. Namun pertanyaannya, seberapa solid elite-elite PDIP memberi dukungan?
Pada Pilpres 2014 lalu, menurut Leo Suryadinata di tulisannya Golkar’s Leadership and the Indonesian President, berbagai petinggi PDIP sebenarnya tidak begitu menyukai Jokowi, tetapi tetap diusung karena elektabilitasnya yang tinggi.
Menurut informasi yang penulis himpun, gesekan internal seperti itu sangat dihindari saat ini. Apalagi, PDIP tentu tidak ingin bernasib sama dengan Partai Demokrat yang justru jatuh setelah dua periode berkuasa. Untuk mencegah ini, soliditas adalah faktor yang sangat dibutuhkan.
Nah, untuk menjawab kekhawatiran itu, penulis memiliki usulan menarik. Ada satu nama yang pasti mendapat dukungan dari internal dan elite PDIP, yakni Megawati Soekarnoputri. Sebagai partai yang begitu hierarkis dan menjunjung tinggi trah Soekarno, siapa yang akan membantah Megawati?
Ia adalah ketua umum partai terlama di Indonesia. Saat ini bahkan disebut sebagai salah satu sosok paling berkuasa secara politik.
Terlepas dari seberapa besar kemungkinannya, tampaknya sangat menarik jika pasangan Megawati-Puan maju di Pilpres 2024. PDIP pasti akan melakukan total football alias serangan penuh agar pasangan ini dapat memenangkan pertarungan.
Well, kita lihat saja bagaimana kelanjutan perjalanan Puan dalam menatap 2024. Entah siapa pun pendampingnya, itu tentu adalah pilihan terbaik berdasarkan kalkulasi yang ada.
Seperti pernyataan Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, PDIP merupakan partai rasional yang melihat dan membaca realitas elektabilitas, tren, dan kemungkinan terbesar kemenangan. (R53)