HomeCelotehMegawati “Dikutuin” Anies?

Megawati “Dikutuin” Anies?

Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri bercerita pengalaman blusukan hingga tidur di tempat tidur berkutu kala hendak menjadi anggota DPR dulu. Apakah Bu Mega dan PDIP masih “dikutuin” hingga kini?


PinterPolitik.com

Blusukan. Sebuah istilah dari bahasa Jawa yang sering muncul dalam dunia perpolitikan Indonesia. Sering kali, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kegiatan dan upaya pejabat dan politisi kala mengunjungi dan berkomunikasi dengan warga dan masyarakat umum.

Tapi nih, kalau mimin perhatikan nih, sepertinya budaya dan tradisi blusukan kerap dan sering kali dilakukan oleh sejumlah politisi dari partai politik (parpol) tertentu, yakni PDIP. Lhagimana nggak? Mulai dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini (Risma), hingga Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, semuanya suka melakukan blusukan.

Ternyata, kebiasaan blusukan seperti yang biasa dilakukan Pak Jokowi dan Bu Risma ini sudah didahului oleh seorang politikus senior lho. Beliau adalah Megawati Soekarnoputri yang hingga kini masih menjadi Ketua Umum (Ketum) PDIP.

Kisah blusukan Bu Mega pun diungkapkannya kala meresmikan kantor PDIP secara virtual beberapa waktu lalu. Kala Presiden ke-5 RI tersebut hendak menjadi seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Bu Mega pernah lho blusukan ke rumah-rumah warga.

Sampai-sampai nih, Bu Mega pernah menginap di rumah warga. Uniknya, di tempat tidur rumah warga yang ditempatinya, terdapat banyak kutu dari kerangka bambu tempat tidur tersebut.

Pengalaman ini pun dijadikan Bu Mega contoh untuk para kader PDIP. Intinya sih, Bu Ketum ingin agar kader-kadernya bisa melayani masyarakat sampai segitunya lah ya. Hmm.

Baca Juga: Megawati Cegah PDIP Nyungsep?

PDIP Hasto Demokrat PKS

Tapi nih, kalau dulu Bu Mega pernah dikutuin, apakah kutu-kutu ini masih menghantui Bu Mega dan PDIP nggak ya? Soalnya nih, dengar-dengar, partai berlambang kepala banteng tersebut akhir-akhir ini harus menghadapi sejumlah persoalan.

Baca juga :  Flashback Bittersweet Memories Jokowi-PDIP

Mirip dengan kutu kasur yang sangat mengganggu, Bu Mega kini juga tengah dibuat gusar dan “gatal” oleh kader-kadernya sendiri. Hmm, apa mungkin nih Bu Mega dan PDIP masih “dikutuin” oleh kader-kadernya sendiri yang tersandung kasus-kasus korupsi? Bu Mega sendiri kan sempat mengeluh soal itu tuh.

Atau, mungkin, Bu Mega ini juga “dikutuin” oleh para politisi yang senang menjadi kutu buku. Soalnya, Bu Ketum PDIP sendiri kan sering tuh menyindir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dulu sempat viral karena mengunggah foto membaca buku How Democracies Die karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Hehe.

Hmm, kalau iya Pak Anies sekarang jadi “kutu” yang mengganggu PDIP, mungkin itulah mengapa ada upaya tertentu yang dinilai dimaksudkan untuk “membasmi” si “kutu”. Misal nih, dengan menolak revisi Undang-Undang Pemilihan Umum (UU Pemilu) yang membuat Pak Anies bisa kehilangan panggung politik.

Atau, mungkin, Bu Mega lagi ingin tidur dengan “kutu” lagi nih. Soalnya nih, dengar-dengar, ada wacana agar PDIP menggandeng Pak Anies untuk mendampingi Ketua DPR Puan Maharani di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Hmm, ya, semoga aja nggak bikin “gatal” aja ya. Hehe. (A43)

Baca Juga: PDIP Pilih Ganjar atau Anies?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?