Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri meminta para kepala desa (kades) di perayaan HUT ke-9 Undang-undang (UU) Desa untuk memilih calon presiden (capres) di 2024 dengan kriteria seperti Joko Widodo (Jokowi).
“Kau bukan hanya sekadar indah. Kau tak akan terganti”– Marcell Siahaan, “Takkan Terganti” (2011)
Wah, siapa sih yang nggak tahu lagu Marcell yang sempat hits pada masanya? Sudah 12 tahun lagu “Takkan Terganti” sejak dirilis sampai saat ini masih dibawakan oleh penyanyinya ketika mengisi konser di berbagai daerah.
Sepertinya, lagu Marcell cocok bagi para pendengar terutama yang masih belum bisa move on dari bayang-bayang kekasih nih. Makna lagu ini memang tentang cinta yang tidak bisa tergantikan.
Memang berat sih pasti kalau kita belum bisa melupakan orang yang pernah ada di hidup kita – sampai rasanya tidak ada yang bisa menggantikan sosoknya. Hehe.
Hmm, ngomongin soal sosok yang tak terganti, sepertinya Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri merasakan hal yang sama nih.
Loh, kok bisa? Iya, karena Bu Megawati sendiri yang mengatakan kalau kriteria yang cocok untuk jadi calon presiden (capres) 2024 nanti harus sesuai kriteria seperti Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Usulan kriteria Bu Megawati ini diucapkan saat perayaan HUT Undang-undang (UU) Desa ke-9 dan menyuruh para kades untuk memilih calon seperti Pak Jokowi. Bahkan, Bu Mega bilang kalau Pak Jokowi ini masuk kriteria capres berikutnya karena dianggap baik
Wah, bahkan, Pak Jokowi dianggap sebagai orang baik lho sama Bu Megawati sampai-sampai dia memilih untuk Pak Jokowi dijadikan sebagai presiden. Kalau kata Intan Lembata yang sempat viral sih, “Begitu syulit lupakan Jokowi. Apalagi, Pak Jokowi baik (di mata Bu Mega).” Hehe.
Jika mengacu pada teori gaya kepemimpinan contingency dari tulisan The Fall and Rise of The Contingency Theory of Leadership oleh Ary Suharto dan Rizky Dwi Lestari, dikatakan bahwa contingency theory merupakan tipe kepemimpinan yang tepat tergantung pada situasi lingkungan yang muncul pada konteks tindakan atau perilaku tertentu.
Lebih dalam lagi, dari wujud contingency theory jika melihat penerapan relationship motivation, Pak Jokowi sangat senang melakukan blusukan. Hal ini tentu untuk membangun pola relasi dengan suara pengikutnya.
Nah, bisa saja, gaya kepemimpinan yang senang blusukan membuat Bu Megawati merasa Jokowi layak untuk dijadikan kriteria capres di Pemilu 2024.
Bahkan, Pak Jokowi sudah didukung oleh Bu Megawati sejak 2014 sampai saat ini. Wah, bukan waktu yang sebentar ya untuk membangun kedekatan di antara keduanya
Jadi, mungkinkah Bu Mega masih merasa bahwa Pak Jokowi adalah sosok tak terganti – seperti lagu “Takkan Terganti” – untuk capres di Pemilu 2024? Hmm, kira-kira, Bu Mega udah nemu belum sosok capres yang mirip-mirip Jokowi dari PDIP? Kasih bocoran dong, Bu. Hehe. (S85)