Site icon PinterPolitik.com

Megawati adalah Guru Politik Jokowi?

5d210135c760f7456d22290beb0c7b41

Presiden Joko Widodo bersama dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (Foto: Antara)

Megawati Soekarnoputri kembali mengomentari emak-emak. Ia mengaku heran, kemarin antre minyak goreng, tetapi sekarang antre beli baju lebaran. Apakah gimmick politik suka kaget Jokowi berasal dari Megawati?


PinterPolitik.com

“Every teacher is a reflection of his or her students.” – Chris Walker, musisi Amerika Serikat

Megawati Soekarnoputri adalah salah satu ikon politik bangsa ini. Kini, sosoknya dapat disebut sebagai salah satu politisi yang paling berpengaruh. Ia merupakan ketua umum dari partai paling berkuasa saat ini, yakni PDIP.  

Jika diperhatikan, sejak Maret ini Megawati kerap menjadi headline pemberitaan publik. Entah bagaimana, namun akhir-akhir ini Megawati tampak begitu aktif mengomentari isu terkini. Namun sayangnya, komentar-komentar yang dikeluarkan, alih-alih merupakan pernyataan konstruktif, yang keluar justru merupakan pernyataan mengundang tanda tanya dan kontroversi.

Beberapa waktu yang lalu, misalnya, Megawati heran mengapa ibu-ibu atau akrabnya emak-emak, begitu panjang mengantre membeli minyak goreng. “Jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?”, tanya Megawati pada 18 Maret.

Dan yang terbaru, Megawati kembali menunjukkan pernyataan heran. “Ibu-ibu berbondong-bondong beli baju baru dan sebagainya, tetapi di satu sisi yang buat saya bingung mereka antre minyak goreng”, ungkapnya pada 20 April.

Well, terlepas dari tepat atau tidaknya pernyataan Megawati, gestur politiknya akhir-akhir ini tampaknya menyingkap dan menjawab sesuatu, yakni siapa mentor atau guru komunikasi politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Jika teman-teman perhatikan, Presiden Jokowi juga beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan keheranan di depan publik. Misalnya ketika bertanya kenapa beberapa kementerian masih menggunakan produk impor untuk kegiatan operasionalnya.

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Jokowi menggunakan diksi “mengapa” atau “kenapa”. Terlepas dari apa makna aslinya, pemilihan diksi itu mudah dibaca publik sebagai bentuk keheranan. Seolah RI-1 sedang terheran dengan fenomena yang terjadi.

Merujuk pada Presiden Jokowi adalah kader PDIP, mungkinkah gimmick heran atau tanda tanya tersebut dipelajarinya dari Megawati?

Jika benar demikian, ini tentu menggambarkan adagium, “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Dan jika benar Megawati adalah guru politik Presiden Jokowi, maka pernyataan Chris Walker di awal tulisan sangat menggambarkan situasi, yakni guru merefleksikan muridnya.

Bagi penikmat film Star Wars, dugaan ini mungkin mengingatkan pada sesuatu. Pada episode 7, 8, dan 9, muncul karakter bernama Snoke, ia adalah Supreme Leader dari First Order, sebuah entitas politik pecahan Galactic Empire yang sebelumnya dikalahkan oleh Luke Skywalker di episode 6.

Awalnya, Snoke dikira sebagai antagonis baru, sosok pemimpin yang menjadi penerus Kaisar Palpatine yang berkuasa ketika masa Galactic Empire. 

Yang menarik, di episode 9 terkuak bahwa ternyata Snoke adalah hasil kloningan Kaisar Palpatine. Ini kemudian menjawab mengapa Snoke terlihat mewarisi kebengisan dan citra misterius Palpatine. 

Lantas, seperti di film Star Wars, apakah Presiden Jokowi adalah kloningan politik dari Megawati? Apakah DNA politik mereka sama, yakni DNA PDIP? 

Well, entah lah. Kita hanya bisa berspekulasi, melakukan interpretasi, dan membuat dugaan atas ini. Tentu sangat sulit untuk memverifikasinya. Namun, ada satu hal yang pasti, yakni Megawati harus menyadari posisi politiknya. 

Sebagai salah satu politisi paling diperhatikan saat ini, sudah sewajarnya Megawati menempatkan diri sebagai sosok bijak dan tidak membuat kontroversi. (R53)

Exit mobile version