Site icon PinterPolitik.com

Ma’ruf Amin Wakil Generasi Kolonial?

Ma'ruf Amin generasi kolonial

Wapres Ma'ruf Amin (Foto: Antara/Nova Wahyudi)

“I’m just talkin’ ‘bout my g-g-g-generation,” – The Who, My Generation


PinterPolitik.com

Pak wapres kita, Ma’ruf Amin sepertinya gak mau kalah dengan pendampingnya yaitu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Setelah sebelumnya Pak Jokowi mengumumkan nama-nama staf khususnya, Kiai Ma’ruf ini juga mengumumkan nama-nama staf khusus yang akan membantunya.

Nama-nama yang dipilih oleh Kiai Ma’ruf  ini di antaranya adalah Masduki Baidlowi (Wasekjen PBNU), M. Nasir (Mantan Menristekdikti), Satya Arinanto (Guru Besar hukum UI), Lukmanul Hakim (Ketua MUI), dan Muhammad Imam Aziz (Ketua PBNU).

Selain itu, ada juga Robikin Emhas (Ketua PBNU), Sukriansyah S. Latief (mantan staf khusus Mentan), dan Masykuri Abdillah (Guru Besar Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah).

Nah, yang menarik, pilihan Kiai Ma’ruf ini sepertinya cukup kontras dengan pilihan staf khususnya Pak Jokowi. Kalau Pak Jokowi memilih staf khusus dari golongan milenial, Kiai Ma’ruf justru memilih staf khusus yang lebih senior dari segi usia dan didominasi oleh golongan ormas Islam.

Yang unik, ada pernyataan khusus dari stafsus sekaligus jubir Kiai Ma’ruf sendiri, Pak Masduki. Jadi kalau kata Pak Masduki, Kiai Ma’ruf ini berasal dari generasi kolonial. Oleh karena itu, orang nomor dua di Indonesia itu memilih stafsus yang berasal dari generasi kolonial juga. Oh gitu.

Waduh, ini kan kata-kata dari jubir, jadi ini semacam pernyataan resmi atau gimana nih?

Hmmm, kalau misalnya dibandingkan sama stafsusnya Pak Jokowi, para stafsus Kiai Ma’ruf ini bakal bisa ikut arus gak ya? Sekarang kan Pak Jokowi sedang berusaha untuk berlari dengan berbagai inovasi dan hal-hal yang terkait dengan digitalisasi. Nah, stafsus Kiai Ma’ruf yang didominasi kalangan ormas ini bakal bisa seiring dan sejalan dengah hal itu gak ya?

Terus, kan Kiai Ma’ruf ini sempat disebut juga sebagai kiai milenial oleh Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO), bukan dari umurnya, tapi dari jiwanya. Nah, apakah generasi kolonial yang disebut Pak Masduki ini bisa punya jiwa yang sama dengan Kiai Ma’ruf sang kiai milenial menurut Pak OSO?

Ya mungkin aja Pak Ma’ruf udah punya pertimbangan tersendiri dengan pilihannya itu. Mungkin aja generasi kolonial ini dipilih untuk mengimbangi generasi milenial yang memang lebih gesit untuk urusan inovasi dann digitalisasi. Kita tunggu aja nih generasi kolonial menurut Pak Masduki ini akan bekerja seperti apa. (H33)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version