“Negara ini lagi sakit, lagi susah. Terus kamu enggak mikirin negara, mikirin dirimu sendiri? Untuk kepentingan pribadimu di empat tahun yang akan datang? Saya bilang, itu biadab. Saya bilang gitu dengan teman saya”. – Gatot Nurmantyo, mantan Panglima TNI
Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia alias KAMI emang jadi gerakan yang tengah naik daun. Bukannya gimana-gimana ya, di tengah berbagai persoalan politik dan ekonomi yang timbul akibat Covid-19, hampir semua partai politik memang cenderung tak banyak bersuara keras seperti biasanya.
Apalagi, komposisi koalisi di pemerintahan saat ini “menyapu” hampir semua partai di dalamnya, termasuk Partai Gerindra yang seharusnya menjadi tulang punggung koalisi oposisi. Kini partai tersebut justru ada di pemerintahan.
Makanya, kemunculan KAMI seolah menjadi semacam oase bagi kelompok-kelompok yang berseberangan dengan Presiden Jokowi. Sekalipun kritik-kritik yang disampaikan oleh KAMI masih sangat abstrak dan cenderung mengambang, gerakan ini sebetulnya menjadi alternatif oposisi yang memang tak tampak kekuatan dan gerakannya.
Namun, selalu ada tuduhan dan spekulasi yang bermunculan di balik gerakan semacam ini. Banyak pihak menyebut gerakan ini punya kepentingan terselubung dari masing-masing pentolannya. Ada yang disebut ingin mengganti rezim, ada yang ingin perubahan namun tak struktural, dan lain sebagainya.
Nah, salah satu yang disorot adalah posisi mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Doi memang disebut-sebut sebagai salah satu sosok kunci dalam gerakan ini. Dalam beberapa aktivitas dan deklarasi, Gatot selalu menyempatkan hadir.
Yang terbaru, ia dan Din Syamsuddin menghadiri deklarasi KAMI Jawa Barat.
Tak heran banyak pihak berspekulasi bahwa Gatot “sedang mendayung” lewat KAMI untuk memaksimalkan posisi politiknya guna menyongsong Pilpres 2024. Hmm, bisa dibilang manuver rahasianya Pak Gatot nih ye. Uppps. Berasa kayak sosok Harrison Wells di serial The Flash season 1 di mana doi ternyata punya maksud rahasia ketika menyelamatkan jagoan kita, Barry Allen. Hehehe.
Tapi, Gatot sendiri telah membantah tuduhan tersebut. Dalam kata-kata yang cenderung tajam, doi mengkritik pihak-pihak yang “memintanya” menggunakan KAMI untuk kepentingan politik. Menurut Gatot, negara sedang sakit, sehingga tak elok jika yang dibicarakan adalah soal kepentingan pribadi.
Duh, Pak, galak amat sih. Hehehe. Soalanya kalau dijawab dengan nada yang keras, masyarakat bakal makin curiga loh.
Yang jelas, kalau memang Pak Gatot beneran ingin ikut dalam gerakan menyelamatkan Indonesia yang saat ini sedang “sakit”, mungkin yang bisa dilakukan adalah dengan membuat kritikan KAMI menjadi tidak abstrak. Entah seperti apa caranya.
Soalnya, kalau seperti sekarang ini, justru masyarakat jadi bingung apa sebetulnya yang diinginkan oleh KAMI. Bukan begitu? (S13)