HomeCelotehMahfud vs Amien Rais: Perang Dua Profesor?

Mahfud vs Amien Rais: Perang Dua Profesor?

Pendiri Partai Ummat Amien Rais mengunggah video yang berisikan spekulasi akan adanya periode ketiga pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Di sisi lain, Amien juga melontarkan sindiran pada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD karena dianggap sudah berbeda dengan Mahfud yang dulu.


PinterPolitik.com

Bagi kalian yang suka dengan seri-seri ala Netflix, sebuah seri yang berjudul Money Heist atau La Casa de Papel (2017-sekarang) pasti bukanlah hal yang asing lagi. Gimana nggak? Seri satu ini menjadi salah satu seri yang populer lho pada tahun 2020 lalu.

Siapa yang nggak ketagihan melihat aksi-aksi strategis ala El Profesor? Dengan berbagai rencana yang dipikirkan secara matang, El Profesor pun mampu mewujudkan sebuah perampokan yang berujung pada sukses besar untuk kelompok mereka.

Saking jagonya nih, El Profesor ini selalu selangkah dua langkah lebih dulu dibandingkan pihak kepolisian Spanyol. Hmm, coba kalau pihak kepolisian Spanyol juga punya orang secerdas El Profesor, mungkin akan terjadi adu strategi yang dahsyat tuh.

Nah, adu profesor seperti ini tampaknya tengah terjadi nih dalam kancah politik Indonesia. Gimana nggak? Setelah saling bertemu, pendiri Partai Ummat Amien Rais yang pernah menjadi profesor di Universitas Gadjah Mada (UGM) melemparkan sejumlah sindiran terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD yang juga seorang profesor dalam bidang hukum.

Kata Pak Amien sih, Pak Mahfud sebenarnya adalah salah satu orang yang cerdas karena mampu melihat peran para cukong di balik pencalonan kepala-kepala daerah di Pilkada. Meski begitu, mantan Ketua Dewan Kehormatan PAN tersebut menyebutkan bahwa kini Pak Mahfud sudah berubah lho.

Baca Juga: Di Balik Pertemuan Jokowi dan Amien Rais

Baca juga :  “Parcok” Kemunafikan PDIP, What's Next?
Amien Rais Nantangin Jokowi

Hmmemang sih ada benarnya apa yang dibilang oleh Pak Amien. Seperti kata banyak orang, “time flies, people change.” Seiring berjalannya waktu, orang-orang di sekitar kita juga berubah – termasuk status profesor yang tidak lagi disandang oleh Pak Amien karena telah pensiun. Hehe.

Uniknya lagi nih, Pak Amien menyebutkan bahwa Pak Mahfud adalah orang yang salah untuk pekerjaan yang salah (the wrong man for the wrong job). Waduh duhkok bisa gitu ya Pak Amien ngomong-nya?

Lha, kan, memang benar itu. Sudah jadi rahasia umum juga kok kalau Pak Mahfud sebenarnya awalnya bukan ditempatkan sebagai Menko Polhukam. Kalau nggak percaya, coba deh Pak Amien tanya ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kan, sebelumnya, Pak Mahfud itu mulanya niatnya hendak dijadikan calon wakil presiden (cawapres) untuk Pak Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 lalu. Eh, ladalah, kok ternyata ada pihak tertentu yang diduga melakukan intervens. Hehe. (Colek Wapres K.H. Ma’ruf Amin dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin).

Hmm, kasihan Pak Mahfud jadinya kalau persoalan masa lalu ini dibicarakan terus. Ya kan? Ya, semoga aja berbagai persoalan yang ada di antara Pak Amien dan Pak Mahfud segera bisa diseleasikan dengan baik lah – entah itu dengan cara ketemu (lagi) atau gimanaHehe. (A43)

Baca Juga: Pembelaan Mahfud MD Untuk AHY


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?