“Secapek-capeknya kerja lebih capek nganggur” – Ernest Prakasa, komedian asal Indonesia
PinterPolitik.com
Huh, hela nafas dulu, gengs. Akhirnya, setelah sekian lama terombang-ambing di kapal penantian, kini program Kartu Prakerja bakal mulai dijalankan lagi. Hal itu menyusul diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 76 Tahun 2020 yang mengubah beberapa hal dalam aturan sebelumnya, yakni Perpres Nomor 36 Tahun 2020.
Nah, sebelum mimin sentil sedikit Perpres yang baru itu, mimin mau cerita sedikit tentang film Jokowi yang sudah dirilis tahun 2013 karena mimin pikir ada moral value menarik dalam film itu yang bisa ngejelasin logika pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dalam urusan Kartu Prakerja ini.
Dalam film Jokowi, ada plot saat dia bertengkar dengan temannya. Mengetahui hal itu, bapaknya Joko kecil pun marah. Kerennya saat marah, si Bapak justru memukul dirinya sendiri sembari bilang, “Bapak ndak pengen punya anak jagoan, le. Bapak pengen punya anak yang migunani (bermanfaat) bagi orang banyak, kalau anak mursal (gak bisa diharapkan), bapak yang salah karena ndak becus ndidik anak”. Seketika Joko kecil menangis dan menyesali tindakannya.
Sontak saja, nasihat dari si Bapak pun mampu melecitkan kepribadiannya. Apalagi, Joko kecil pun pernah mendengar kalau kakeknya juga bilang, “Berani itu ndak harus pakai otot tapi pakai otak.” Joko Kecil sudah tidak lagi minat untuk sok-sokan. Apa yang ada di pikirannya adalah hidup harus berguna.
Makanya ia lantas lebih sibuk membantu ayahnya bekerja daripada main-main yang tidak jelas arahnya. Kemudian, saat sang Ayah meninggal, Joko yang sudah tumbuh remaja pun tidak segan meneruskan usaha perkayuan keluarga.
Lama kelamaan, bisnisnya jadi besar. Ia pun memiliki banyak karyawan – hitung-hitung juga membantu ekonomi orang lain. Sebab kata Bapaknya, “Menolong orang itu ndak perlu menunggu. Apa pun yang mampu kita lakukan, itulah yang seharusnya dilakukan.” Prinsip itu terbawa terus sampai ia berada di kursi kekuasaan.
Ya, begitulah, cuy, Presiden Jokowi yang kita kenal itu sangat menjunjung tinggi kata ‘bekerja’. Makanya jangan heran apabila Perpres yang baru ini lebih menekan penerima program Kartu Prakerja untuk take action atau serius bekerja. Kalau ternyata ada yang main-main, lihat saja akibatnya: uang program harus dikembalikan.
Selain ‘bekerja’, Presiden Jokowi juga menjunjung kata ‘menolong’. Itu sudah pasti. Kalau nggak, tentu saja memilih memberhentikan program lebih enak daripada melanjutkannya, kan? Tapi, kalau kita jitu, coba deh, cuy, fokus sama quotedari kakeknya yang bisa diterjemahkan bahwa kerja itu nggak melulu pakai otot, tapi otak.
Nah, kalau begitu, dalam kasus Kartu Prakerja ini, timbul pertanyaan. Apakah Perpres yang baru itu benar-benar sudah mengarah pada orientasi otak alias kognitif peserta?
Hello, apa kabar program pelatihan memancing dan membuat pempek? Apalagi, kalau ada program cara membuka YouTube. Hehehe.
Maksud mimin begini lho, cuy. Okelah kalau pemerintah harus diberi apresiasi sebab menjawab keresahan masyarakat yang menganggap bahwa manajemen program Kartu Prakerja yang kemarin amburadul sehingga Perpres yang baru muncul ini dimaksudkan memperbaiki manajemen tersebut, seperti seleksi yang mulai diketatin, dimungkinkan daftar pakai luring, dan lain-lain.
Sampai-sampai, dalam membentuk manajemennya, pemerintah nggak segan-segan mengevaluasi mitra-mitranya, cuy. Namun, yang jadi soal, kalau manajemennya sudah baik tetapi kontennya masih begitu-begitu saja, kan sama aja, toh. Ibarat kopi, gelasnya dari permadani tapi rasanya ambyar sekali, ya sama aja boong, kan.
Maka dari itu, mending menurut mimin nih, sebab pemerintah di bawah kendali Presiden Jokowi senang menolong, seyogianya suruh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto berkoordinasi dengan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Ida Fauziah.
Siapa tahu nanti dapat menemukan solusi dan sebenarnya apa yang menjadi kebutuhan tenaga kerja kita, mulai dari tingkat bawah. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.