Site icon PinterPolitik.com

Kok Bisa Ahok ‘Sahabat’ Megawati?

Kok Bisa Ahok Sahabat Megawati

Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok (kiri) bersama Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri (kanan). (Foto: Detikcom)

Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan di acara peringatan HUT PDIP ke-49 dengan menyapa sejumlah para hadirin – seperti Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para menterinya. Namun, ketika menyapa Komisaris Utama (Komut) Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok, Megawati menyebutnya sebagai sahabatnya.


PinterPolitik.com

Pada suatu hari, hiduplah dua orang sahabat di sebuah negeri yang disebut sebagai negeri Nusantara di alternate universe Bumi-45. Dua sahabat itu adalah Ahoque dan Jakawi. 

Dua sahabat ini selalu pergi bersama ke mana pun. Saat ke DKI Jayakarta, misalnya, Ahoque dan Jakawi juga selalu bersama. Mereka juga mengenakan kemeja dengan motif yang sama, yakni kotak-kotak.

Hal yang sama juga terjadi ketika Jakawi tinggal di bangunan yang berlokasi dekat Kebun Raya Buitenzorg. Ahoque yang sebelumnya sempat tinggal di Depok akhirnya juga diajak kembali bergabung di gerbong yang sama.

Namun, kisah dua sahabat yang berjalan mulus ini akhirnya berubah setelah Megawatti datang “menyerang”. Ahoque yang dulunya merupakan karib Jakawi kemudian diakui sebagai sahabat oleh Megawatti.


Baca Juga: Ahok “Ingin” Bisa Seperti Luhut?


Jakawi: Lho, sekarang Koh Ahoque jadi sahabatnya Bu Megawatti?

Ahoque: Bukan begitu. Percayalah padaku, Mas Kawi. Aku tetap sahabatmu. Dia memang begitu, suka menganggap siapa pun yang mengikutinya sebagai sahabatnya.

Megawatti: Tapi… Kamu memang sahabatku, Ahoque.

Kak Ganjar: APA?!!! Lalu, siapa aku bagimu, Megawatti?

Jakawi: Cukup! Aku tidak mau mendengar perdebatan kalian. Lebih baik, aku saja yang pergi dari sini.

Ahoque: Jangan tinggalkan aku, Mas Kawi!

Kak Ganjar: Iya. Lantas, siapa yang akan memimpin kita?

Megawatti: Hmm. Biar saja. Masih ada Mbak Puwan yang bisa menggantikan.

Kak Ganjar: Bagaimana bila aku saja, Megawatti? Aku siap sedia berkorban untukmu. Seribu bunga mawar pun akan kusiapkan. Mungkin, wanginya bisa mengilhami.

Megawatti: Aku tidak butuh bungamu, Ganjar.

Kak Ganjar: Baiklah bila kau tidak inginkan bunga mawar. Aku akan kirimkan lukisan-lukisan Bung Karno lebih banyak lagi. Inilah bukti kesigapanku.


Kak Ganjar yang tadinya cemburu kepada Ahoque pun akhirnya berusaha sekuat mungkin agar bisa meluluhkan hati Megawatti. Mampukah Kak Ganjar “menaklukkan” hatinya? Nantikan kelanjutan kisahnya di episode berikutnya. (A43)

Baca Juga: Ahok dan “Mata-mata” Pertamina


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version