Mantan pilot Megawati Soekarnoputri saat masih menjabat sebagai presiden, Agus Sudarya, bercerita soal pengalamannya kala presiden ke-5 tersebut duduk di sampingnya sebagai co-pilot saat akan mendarat di Madiun, Jawa Timur (Jatim). Ternyata, Megawati disebut sudah biasa duduk di ruang kokpit.
Dunia penerbangan memang memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan moda-moda transportasi lainnya. Mulai dari suasana dalam kabin, suara pramugara dan parmugari yang khas, hingga rasa berdebar-debar ketika akan lepas landas dan mendarat, sungguh merupakan pengalaman yang unik.
Namun, di balik pengalaman penerbangan seperti yang disebutkan di atas, terdapat orang-orang yang bersusah payah dalam menjamin keselamatan para penumpang. Siapa lagi kalau bukan para pilot yang mengendarai pesawat terbang yang kita naiki?
Di balik semua senyuman dan perjalanan udara yang singkat tersebut, terdapat latihan dan pendidikan yang dilalui seorang pilot selama bertahun-tahun. Itu pun belum terhitung juga dengan “jam terbang” yang benar-benar merupakan jam terbang yang dilalui oleh sang pilot.
Mungkin, inilah yang dirasakan oleh seorang pilot andal bernama Megawhatee – biasa dipanggil Meg – yang tinggal di negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-45. Ketua Mabur (Ketum) Meg merupakan pilot senior yang dibangga-banggakan oleh PDIP Air.
Dalam sebuah penerbangan menuju Kota Kemenangan Pemilu 2024, Meg pun menghadapi sejumlah persoalan. Pasalnya, banyak tantangan yang harus dilalui agar pesawat PDIP Air yang dikendalikannya.
Pramugara Pacul: Bu Ketum! Bu Ketum!
Ketum Meg: Ada apa toh? Kita ini mau siap-siap mendarat.
Pramugara Rudi: Itu, Bu Ketum! Ada penumpang yang tengah bertikai!
Ketum Meg: Siapa itu yang tukaran? Mbok ya didamaikan dulu! Wong belum sampai juga ke tujuan akhir di landasan pacu 20-24.
Pramugara Pacul: Oh iya, Ketum Meg. Ini ada seorang kapten dari Federasi Amerika yang mau ngomong.
Baca Juga: Mengapa Megawati “Kultuskan” Soekarno?
Kapten Sully: Excuse me, Captain Meg. Sepertinya, pesawat ini mengalami banyak turbulence. Mungkin, bisa saya bantu sebagai co-pilot?
Ketum Meg: Oh, iya. Silakan. Silakan. Panjenengan kapten yang terkenal waktu mendaratkan pesawat secara darurat di kali itu kan?
Kapten Sully: Bukan kali, Ketum. It’s a river.
Ketum Meg: Ya wes lah. Wong ya padha ae, Mister.
Kapten Sully: Mayday! Mayday!
Ketum Meg: Lho, mayday kenapa, Mister?
Kapten Sully: Awan jenis Korupsinimbus di depan terlalu banyak. That one, for example. Itu awan Bansosnimbus.
Ketum Meg: Waduh! Yaopo iki terusan?
Kapten Sully: Semua bergantung pada Anda, Ketum Meg. Anda lah kapten dari pesawat ini.
Semua keputusan untuk melakukan pendaratan yang mulus akhirnya kembali pada sang kapten, yakni Ketum Meg. Mampukah Meg mengendalikan pesawat PDIP Air-nya hingga mencapai landasan pacu 20-24? (A43)
Baca Juga: Kok Bisa Ahok ‘Sahabat’ Megawati?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.