HomeCelotehKetika Ridwan Kamil Beli Gorengan

Ketika Ridwan Kamil Beli Gorengan

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil menyambut Tahun Baru 2022 dengan rasa bingung karena mendapati sebuah persoalan baru, yakni naiknya harga gorengan yang mencapai Rp2.000/biji. Apa yang harus dilakukan oleh Emil?


PinterPolitik.com

Di tengah pagi yang suntuk, suasana di jalanan Bandung, Nusantara, di alternate universe Bumi-45 masih terlihat lengang. Bagaimana tidak? Masyarakat Nusantara baru saja merayakan pergantian tahun baru pada malam sebelumnya.

Namun, setelah partying so hard selama semalaman, rasa lapar pun selalu tiba di pagi harinya – apalagi bagi mereka yang kena hangover. Tidak jarang, mereka akan mencari penjual makanan yang bisa dengan cepat menyajikan pesanan para pelanggannya.

Maka dari itu, jawaban atas pencarian ini biasanya datang pada para penjual yang memiliki wajan penggorengan besar dengan berbagai jenis bahan lainnya, seperti pisang, tepung, tahu, dan tempe. Jawabannya bukan lain adalah tukang gorengan.

Inilah mengapa Riduan Kemil akhirnya memilih untuk mendatangi bapak-bapak tukang gorengan yang berdagang di dekat Gedung Sate. Mungkin, Riduan sudah bosan makan sate kali ya?


Riduan: Selamat pagi, Kang. Selamat Tahun Baru 2022. Lagi nyari makanan buat ngisi perut nih.

Tukang Gorengan: Wah, Kang Emil datang ke orang yang tepat. Tapi, ada update terbaru nih, Kang.

Riduan: Wah, update apa tuh? 

Tukang Gorengan: Dengan tahun yang baru ini, tentu semua juga harus baru dong, Kang. Nah, salah satunya adalah harga baru. Jadi, sekarang nih harganya Rp2.000 per bijinya.

Riduan: APA?!! (dengan gaya terkejut bak sinetron)

Tukang Gorengan: Waduh! Jangan ngagetin dong.


Baca Juga: Ridwan Kamil dan Filosofi Jengkol 

Ganjar RK Pasangan Terbaik 2024

Riduan: Saya jadi makin doubledouble pusingnya nantinya dong. Udah pusing karena kebanyakan kolesterolnya gorengan, sekarang ditambahi sama harga gorengan yang naik.

Baca juga :  Ridwan Kamil “Ditelantarkan” KIM Plus? 

Tukang Gorengan: Ya, gimana lagi, Kang? Harga minyak gorengnya aja udah naik hampir seratus persen dari HET pemerintah. Saya ya harus naikin harga biar bisa beli bahan pokok lainnya. Masalahnya, harga yang naik nggak cuma minyak goreng. Ada juga cabai yang makin mahal. Terus LPG yang buat goreng juga naik harganya.

Tiba-tiba, muncul seorang pria berkumis yang datang dari antrean orang-orang yang hendak beli gorengan. Ia pun angkat bicara dan mengomentari keluhan sang tukang gorengan.

Dokter Strange: Wah, persoalan seperti itu pasti berat sekali. Bapak pasti pusing, ya? Sayangnya, sekarang saya kerjanya jadi penyihir. Jadi, nggak bisa ngeresepin obat buat bapak nih.

Tukang Gorengan: Waduh, penyihir? Orang pintar bukan? Bisa bantu masyarakat Nusantara nggak, Pak? Barang kali, bapak bisa buat seluruh orang lupa kalau harga-harga sembako sudah naik. Jadi, mereka ingatnya harga-harga yang pas masih murah.

Dokter Strange: Hmm, wellthat’s not actually how it works. Mantra itu berada pada batas-batas realitas dan inflasi yang kita sendiri tidak sepenuhnya kenali. Mungkin, kalau soal ini, bapak-bapak harus ngomong ke pemerintah deh.

Tukang Gorengan: Nah, ini ada bapak Gubernur Jawa Kulon. Namanya Kang Emil.

Riduan: Hmm, sebagian besar di luar kendali. Tapi, akan saya ikhtiarkan ya.


The End.

(A43)

Baca Juga: “Nyontek” Cerdas ala Ridwan Kamil?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?