Site icon PinterPolitik.com

Ketika Menkominfo Johnny Ngegas

Ketika Menkominfo Johnny Ngegas

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menghadiri rapat kerja bersama Komisi I DPR di Jakarta. (Foto: Kominfo)

“Bila orang tak dapat bohong, tak berarti ia cinta kebenaran” – Friedrich Nietzsche, filsuf asal Jerman


PinterPolitik.com

Gengs, dalam sepak bola, jika Anda nggak mau dikritik atau diberi masukan dan cenderung menentukan strategi tim sesuai standar egoisme pribadi, maka bisa dipastikan nama Anda tidak akan bertahan lama. Bahkan, meski Anda merupakan orang berpengaruh dalam kesebelasan.

Mimin beneran lho ini. Kalau nggak percaya coba tanya saja ke Setien yang kemarin baru saja didepak dari kursi kepelatihan Barcelona karena nggak mau ngobrol dengan para pemain di blok Lionel Messi.

Ngomong-ngomong soal Messi, memang dia faktor pembeda. Jangan dicontoh, sebab Anda mesti jadi anak sultan dulu kalau mau berkuasa penuh. Jika Anda hanya orang biasa yang punya kemampuan olah bola biasa-biasa aja, ya mending jangan macam-macam.

Bahkan, sebenarnya Messi pun ya nggak monopoli kok. Ia hanya ingin mempertahankan sebuah tradisi diskusi yang terbuka. Eh, kok malah Setien nggak tahu diri. Kelarlah urusan doi di Barcelona.

Cerita di atas perlu dibuat introspeksi oleh kita juga lho, cuy. Secara, kita sering banget kan merasa jagoan sehingga kadang keceplosan membuat standar kebenaran sesuai pertimbangan ego belaka di depan teman sepergaulan.

Kalau mau lihat studi kasus, ya amatilah statement Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate yang semalam ngegas mulu di salah satu acara televisi. Bahkan, beliau sempat disentil oleh Direktur YLBHI Asfinawati yang mengatakan bahwa aksi penangkapan oleh negara kepada para netizen yang dituduh menyebarkan hoaks soal Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker) atau dikenal sebagai omnibus law merupakan aksi keliru.

Pak Johnny langsung bilang, “Kalau pemerintah sudah bilang itu hoaks, ya dia hoaks.” Bayangkan, cuy, kalau kalimat Pak Johnny dimaksudkan sebagai penegasan akan peran pemerintah soal standar hoaks – bisa-bisa kasus Covid-19 nggak bisa ditangani seperti sekarang ini. Secara, dulu pemerintah juga nyuruh kita santai menghadapi Covid-19 yang dinilai tidak berbahaya. Upps.

Kalau dasar pijakannya jelas sih nggakpapacuyLha, ini kan belum jelas semua. Coba kalian pikir saja.

Mana mungkin orang bisa menentukan ini hoaks atau tidak jika ternyata draf yang diperdebatkan tersebut sebenarnya nggak dia miliki – pun nggak dimiliki juga oleh netizen? Artinya, saat situasinya sama-sama nggak punya draf, maka seharusnya berlaku diskusi terbuka toh.

Kan mending dijelaskan baik-baik dulu. Namanya juga sama-sama nggak tahu. Mirip orang tua yang nasihati anak-anaknya gitu lho. Lagian, bukankah sering tuh pejabat menyebut netizen pakai diksi ‘anak-anak’, maka sepantasnya kalau anak nggak tahu ya dijelaskan aturannya, bukan malah dihajar begitu.

Selain itu nih, bisa nggak toh kalau ngomong tuh jangan pakai kalimat seakan paling digdaya. Ingat lho ya. Ibarat dalam sepak bola, rakyat itulah Messi dalam kasus ini, cuy. Sementara, pemerintah ya kayak pelatih Setien.

Sekali Setien dibenci Messi, maka reputasinya sedang ada di ujung tanduk. Makanya deh, Pak Johnny mungkin perlu hati-hati sebelum ngegas. Dan bagi teman-teman semua, jangan berhenti berpendapat hanya gegara digas Pak Menteri. Oke? (F46)

Exit mobile version