Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok komentari banjir yang terjadi di sebagian wilayah DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Lantas, bagaimanakah situasi banjir Jakarta di era Gubernur Ahok?
Situasi sulit tampaknya kembali menghantui Ibu Kota baru-baru ini. Bagaimana tidak? Sebagian wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya terkena banjir setelah hujan deras mengguyur beberapa hari yang lalu.
Bukan nggak mungkin, kerugian materiil pun dialami oleh sebagian masyarakat Jakarta. Dengan bencana banjir ini, banyak rumah dan tempat usaha terendam air selama beberapa jam.
Menanggapi hal ini, muncul tuh komentar dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok. Kurang lebih, Pak Ahok mengatakan bahwa bencana banjir yang kerap terjadi di Jakarta sebenarnya merupakan persoalan respons dan gerak cepat dari pemerintah.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, misalnya, menurut Ahok, perlu membenahi daerah aliran sungai (DAS). Kurang lebih, daerah DAS harus bersih dari bangunan-bangunan tertentu guna menyediakan ruang bagi air masuk ke sungai.
Maka dari itu, Ahok pun bercerita bahwa di masa pemerintahannya, Pemprov DKI melakukan pembongkaran terhadap banyak bangunan – mulai dari rumah toko (ruko) hingga bangunan-bangunan liar lainnya. Kebijakan inipun, klaimnya, juga diikuti dengan penyediaan rumah susun (rusun) bagi warga yang tinggal di DAS.
Hmm, masukannya Pak Ahok bisa aja bagus sih. Tapi, bukannya Pak Ahok sekarang menjabat sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina, bukan lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta ya?
Baca Juga: Balas Budi Ahok untuk Megawati
Wah, apa jangan-jangan Pak Ahok kena post-power syndrome – umum dirasakan setelah pensiun – lagi ya? Soalnya tuh, Pak Komut Pertamina ini kok masih sering aja mengomentari persoalan-persoalan yang ada di pemerintahan di DKI Jakarta? Hehe.
Hmm, mungkin biar bisa move on, Pak Ahok sepertinya perlu meniru perjalanan Liz Gilbert dalam mencari keseimbangan hidup setelah berbagai masalah melanda hidupnya. Siapa tahu kan Pak Ahok bisa menemukan keseimbangan sebenarnya ala Eat Pray Love (2010)? Hehe.
Eits, by the way nih, kalau diperhatikan dari data banjir Jakarta yang dirilis oleh Pemprov Jakarta, banjir yang terjadi di era Pak Ahok bisa jadi lebih parah lho dibandingkan dengan banjir yang terjadi belakangan ini. Pada Februari 2015, misalnya, jumlah RW yang terdampak mencapai 702 lho meski curah hujan hanya 277 mm/hari.
Padahal, pada tahun 2020, banjir Jakarta hanya berdampak pada 390 RW meski curah hujan kala itu menjadi salah satu yang paling tinggi, yakni 377 mm/hari. Luas area tergenang pun juga lebih sedikit dibandingkan banjir Februari 2015, yakni masing-masing 156 kilometer persegi dan 281 kilometer persegi.
Hmm, jadi gimana nih, Pak Ahok? Hehe. Lagipula, kenapa ya Pak Ahok ikut mengomentari banjir Jakarta? Apakah mungkin Pak Komut Pertamina tersebut mulai ancang-ancang lagi untuk Pilgub DKI Jakarta 2024 – mengingat nama beliau muncul kembali di salah satu survei? Siapa tahu kan? Hehe. (A43)
Baca Juga: Mungkinkah Anies vs Ahok 2.0?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.